Bangkok, Demokratis
YouTuber Thailand dengan lebih dari 800.000 pengikut dan tuduhan penipuan hampir Rp1 triliun ditangkap di Riau. Dalam pelarian di Indonesia selama dua tahun, ia menyamar sebagai penduduk setempat, tetapi gagal menyanyikan lagu Indonesia Raya di hadapan pihak berwenang.
Pada 18 Oktober, polisi Indonesia menangkap Natthamon Khongchak berusia 31 tahun, yang juga dikenal sebagai “Nutty”, dan mengekstradisinya ke Thailand bersama ibunya, Thaniya, pada 25 Oktober.
Wissanu Chimtrakul, Wakil Direktur Jenderal Departemen Investigasi Khusus (DSI) Thailand, seperti dilansir Bangkok Post mengungkapkan, pasangan ibu dan anak itu kini menghadapi penyelidikan polisi atas penipuan selama dua tahun terhadap lebih dari 6.000 korban hingga mencapai 2 miliar baht atau hampir Rp1 triliun.
Khongchak, yang menggunakan nama alias seperti Leeah dan Suchata, meraih ketenaran lewat kanal YouTube-nya “Nutty’s Diary” dan akun Instagram @nutty.suchata, yang kini telah dinonaktifkan. Dikenal karena bernyanyi dan menari mengikuti lagu-lagu hits K-pop, ia secara terbuka bercita-cita menjadi idola K-pop dan sempat berafiliasi dengan label Korea Selatan Dream Cinema pada 2015.
Setelah beberapa tahun terkenal di YouTube, Khongchak mengubah citranya sebagai investor dan pedagang valas yang sering membanggakan kekayaannya. Di sebuah acara TV Thailand, ia pernah mengklaim memiliki 14 mobil dan mempekerjakan 22 pengasuh anak.
Pada 2022, ia meluncurkan skema investasi valas, menjanjikan para pengikutnya keuntungan tinggi yakni 25 persen untuk kontrak tiga bulan, 30 persen untuk enam bulan, dan 35 persen untuk 12 bulan. Ia menjamin mereka akan mendapatkan pembayaran bulanan.
Namun, ketika pengembalian tidak kunjung datang, Khongchak menyalahkan sistem perdagangan dan mendesak pengikutnya untuk tidak melaporkannya, dengan mengklaim keterlibatan polisi akan mencegah pembayaran dana kepada para investornya itu.
Pada bulan Juli tahun itu, Khongchak, ibunya, dan sekretaris mereka, Nichaphat Rattanukrom, melarikan diri. Sebulan kemudian, para korban, dipimpin pengacara Phaisal Ruangrit, mengajukan pengaduan, menuduhnya mengeksploitasi popularitasnya untuk menarik investor dengan janji keuntungan cepat.
Letnan Jenderal Polisi Thawatchai Piyaneelabut mengatakan kepada Bangkok Post bahwa ketiganya menyeberang ke Malaysia dari Thailand selatan sebelum memasuki Indonesia secara ilegal melalui laut. Mereka menyamar sebagai penduduk setempat untuk menghindari sejumlah surat perintah Thailand.
Khongchak dilaporkan berupaya memperoleh paspor Indonesia, tetapi petugas imigrasi mendeteksi aksennya dan memintanya menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia serta membacakan konstitusi. Ketika ia gagal, identitas aslinya terungkap.
Khongchak dan ibunya ditangkap di Riau karena masuk secara ilegal, sementara Rattanukrom masih buron. DSI telah menyita aset senilai 16 juta baht (Rp7,5 miliar) dan sedang menelusuri jejak uang tersebut untuk mendapatkan lebih banyak dana, menurut Kepolisian Kerajaan Thailand. (IB)