Jakarta, Demokratis
Untuk pertama kalinya Pantai Kuta sepanjang 40 tahun terakhir jadi sepi tanpa kehadiran wisatawan nusantara dan turis asing dari Barat.
“Hotel-hotel di Pantai Kuta tetap buka seperti biasa tetapi yang masih berkerja hanya pegawai intinya saja, sementara para pekerja pendukungnya sudah banyak yang telah dirumahkan”.
Hal ini dikatakan anggota DPR asal Bali AA Bagus Adhi Mahendra Putra kepada pers dari Jakarta, Rabu (15/4/2020) saat ditanyakan soal kondisi wisata unggulan yang termahal di Pulau Bali pada saat ini.
Pantai Kuta Provinsi Bali adalah daerah tujuan wisatawan mancanegara termahal dilengkapi dengan berdirinya hotel-hotel asing berlisensi internasional dan global.
Yang tidak pernah mati dari hari ke hari pada di masa sebelumnya. Sejak 15 hari terakhir setelah Pantai Kuta ditutup untuk umum, sesudah setelah mewabahnya Covid-19 di Provinsi Bali.
Untuk pertama kalinya Pantai Kuta yang dikenal sebagai sorga tempat berjemurnya para turis turis asing di bibir Pantai Laut Samudera Indonesia, sekarang tengah sangat sepi sekali tanpa kehadiran wisatawan nusantara dan turis asing dari Barat.
Dikatakan, tentu dampaknya banyak sekali dengan ditutupnya tempat wisata andalan dan pusat bisnis lainnya di Pantai Kuta, Badung dan Bali umumnya.
“Jikalaupun masih ada yang tetap berkerja, katanya, sudah tak lagi mendapatkan rejeki tambahan seperti sebelumnya oleh karena tak adanya tambahan rezeki dari jasa tour atau service wisata disebabkan oleh sedikitnya tamu pengunjung wisatawan seperti di hari-hari sebelumnya,” ungkap Gus AdHi.
Namun oleh karena ekonomi Bali harus hidup, imbuhnya, mayoritas masyarakat Bali menjawabnya ini sebagai tantangan baru, yang harus dihadapi dengan baik dan rasional dengan menghidupkan ekonomi kreatif alternatif untuk mendukung UMKM yang sudah lama berdiri sejak lama yang selama ini menjadi unggulan ekonomi serta stimulus ekonomi di Pulau Dewata.
“Masarakat Bali tetap menjadikan ini sebagai peluang dengan menjadikannya atau mendirikan usaha rumahan di bidang makanan dan lainnya. Malah termasuk pengadaan membuat masker dan APD buatan Bali akibat mahalnya masker medis dari luar Bali,” kata anak tokoh pendidikan asal Bali ini.
Menurutnya, sebagian dari mereka terserap atau mendirikan industri kreatif itu dengan membuat APD khususnya masker untuk mencegah Virus Corona yang semuanya dibuat di Bali.
“Saya sendiri telah membagikan sebanyak 30 ribuan masker produksi rumah tangga kepada masyarakat guna memutus mata rantai penyebaran Virus Corona di Pulau Bali. Dan cara yang terbaik untuk mencegah Virus Corona, selain tidak berpergian keluar rumah, harus ikut semua anjuran pemerintah seperti menjaga jarak dan memakai masker,” kata Gus Adhi tokoh senior SOKSI di Bali. (Erwin Kurai)