Tapanuli Selatan, Demokratis
Beberapa masyarakat di Desa Sialang, Kecamatan Sayurmatinggi, Kabupaten Tapanuli Selatan, merasa menyesal memilih Kades Sialang yang baru dilantik sekitar bulan April 2018 lalu, pasalnya sejumlah masyarakat sempat dimop atau diogar dengan kata-kata, “Kalau tidak memilih Parto Silitonga di dalam Pemilihan Kepala Desa, jika masyarakat yang menempati rumah kontrakan rumah milik keluarga/famili dekat Parto ataupun lahan kebun yang disewa masyarakat, maka masyarakat tersebut pasti diusir”. Sehingga masyarakat pun ketakutan dan terpaksa memilih Parto Silitonga jadi Kades. Demikian dijelaskan oleh Gugel Pane kepada Demokratis (05/05/2020).
Lebih lanjut dikatakan bahwa bahkan setelah terpilih, Kades Sialang pun merasa hebat, memimpin pun bersikap arogan dan otoriter seraya berkata kepada sejumlah masyarakat, “Tidak ada yang bisa jadi kepala desa di Desa Sialang ini. Apalagi masyarakat pendatang dan bukan asli orang Desa Sialang ini,” ucap Parto setelah terpilih jadi kepala desa.
Atas keterangan Dugel Pane tersebut, Demokratis pun meliput di Desa Sialang, Kecamatan Sayurmatinggi di dalam kepemimpinannya perangkat desa pun sudah biasa digonta-ganti untuk mengelabui perjalanan atau penggunaan dana desa, ujung-ujungnya penggunaan dana desa pun kurang transparan. Ketua BPD pun dan pengurusnya serta perangkat desa adalah orang–orang yang dekat dan keluarga kepala desa. Buktinya Perdes yang terlampir di dalamnya ada RAB pun tidak ada disampaikan kepada Ketua BPD sebagai pengawas penggunaan dana desa.
Bila masyarakat tidak memilih Parto Silitonga sebagai Kades Sialang, maka apapun urusan masyarakat tidak diurusnya termasuk kalau ada kemalangan di tengah-tengah masyarakat. Tararatak desa pun tidak dibolehkan untuk meminjam.
“Bahkan dengan teganya meninggalkan desa dan pergi ke kebun atau ke luar desa agar tidak hadir di dalam acara kemalangan,” tutur Pak Lubis salah satu famili dari kemalangan yang tinggal di Pintu Padang kepada Demokratis, minggu lalu.
Saat Parto Silitonga dikonfirmasi (11/05) wartawan via SMS tentang sikap kepemimpinannya kepada masyarakat yang diduga arogan dan otoriter, maka Kades pun tidak mau menjawab SMS tersebut. Dan penelusuran Demokratis terhadap insan pers yang menjumpai Kades Sialang, maka Kades Sialang ini diduga agak meremehkan wartawan yang mengkonfirmasi beliau, baik soal pelaksanaan dana desa maupun asal usul kayu keras seperti kayu bania yang masuk malam-malam ke tempat usaha perkayuan milik Kades Sialang di Desa Sialang. (UNH)