Jakarta, Demokratis
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi data kualitas udara di ibu kota kerap berada di urutan pertama terburuk di dunia.
Anies menilai masyarakat seharusnya tidak hanya membaca berita dan informasi mengenai udara yang buruk, padahal di hari lain bisa saja kualitas udara lebih baik.
“Bila kondisinya itu terburuk selama dua bulan setiap hari, berarti ada yang salah. Namun, bila ada satu hari buruk sekali dan hari berikutnya seperti normal, pasti ada sebuah peristiwa yang terjadi,” ujar Anies Baswedan di Monas, Kamis (23/6/2022).
Mantan menteri pendidikan dan kebudayaan itu menjelaskan ada emisi di dalam kota dan ada juga pergerakan dari berbagai wilayah, terutama daerah penyangga.
“Itu perlu kami lihat, kualitas udara tidak ada pembatasan KTP atau administrasi,” terang Anies Baswedan.
Anies Baswedan juga mengaku selama menjabat berupaya menggenjot penggunaan transportasi umum untuk mengurangi emisi.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta akan melakukan sejumlah upaya lain seperti menyelenggarakan uji emisi.
Hal itu dibarengi dengan sanksi.
Regulasi tentang uji emisi tersebut tertuang dalam beberapa aturan, seperti Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 66 Tahun 2020 Tentang Uji Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor.
“Jadi, kami lakukan langkah-langkah untuk mengurangi emisi di kota ini dengan transportasi umum yang dibangun, dan alhamdulillah peningkatan penumpangnya tinggi sekali,” tuturnya.
Diketahui, kualitas udara DKI Jakarta tercatat sebagai urutan nomor satu terburuk di dunia selama beberapa waktu terakhir.
Seperti yang terjadi pada hari ini dilansir dari laman iqair.com, indeks kualitas udara (Air Quality Index/ AQI) di Jakarta, Rabu (22/6/2022) pukul 12.20 WIB berada di angka 160 US AQI dengan PM 2.5 sebesar 72 µg/m³. (Albert S)