Indramayu, Demokratis
Menyikapi pemberitaan sebelumnya yang telah tayang di sejumlah media, perihal arus air yang hanya sedikit keluarnya dan dikeluhkan oleh sejumlah pelanggan yang ada di Indramayu beberapa hari kebelakang, disanggah oleh Dr Ir H Ady Setiawan sebagai Direktur Utama PDAM Tirta Darma Ayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.
Menurut Ady bahwa total jumlah pelanggan pengguna air di PDAM TDA terdapat kekeliruan. Meskipun Ady Setiawan tidak memberikan atau menyertakan jumlah pelanggan tersebut kepada Demokratis.
Selain itu jika pelanggan pengguna air bersih PDAM terdapat mengalami kendala maupun perubahan harga tagihan, Ady menyarankan agar semua pelanggan dapat mengadukan keluhan dan kritiknya melalui Unit Reaksi Cepat (URC) dengan cara mengirimkan pesan ke nomor medsos center yang disediakan ke Cabang PDAM.
“Untuk pengaduan pelanggan semua sudah bisa langsung ke URC masing-masing cabang melalui WA center dan medsos. Pengaduan tidak tersentralkan lagi di pusat tapi sudah ke unit reaksi cepat cabang,” ujarnya singkat.
Masih menurut Ady, bahwa arus air yang mengalir sangat kecil serta tagihan pelanggan yang membengkak pun, Ady juga mengarahkan langsung aduan para pelanggan ke URC cabang-cabang.
“Untuk air yang kecil dan tagihan yang membengkak silahkan pelanggan mengadu ke URC masing-masing cabang,” ringkasnya.
Direktur Pusat Kajian Strategis Pembangunan Daerah, Oush’j Dialambaqa berujar bahwa fakta dan realita kebutuhan pokok sehari-hari adalah air bersih yang dikelola oleh PDAM tidak mengherankan. Sebab, fenomena tersebut telah ada dari pemimpin sebelumnya yang belum teratasi. Meskipun telah berganti oleh Dirut yang baru saat ini.
“Itu semua karena Dirut hanya menerapkan program odong-odong dalam Debas yang akhirnya hanya menjadi dlebus dan debus bagi para pegawainya,” sergahnya kepada Demokratis, Senin (31/1/2022).
Bahkan Oush’j menambahkan, pada penjelasannya Dirut PDAM yang baru tersebut publik hanya mendapatkan keterangan yang dinilai kurang berbobot dan terkesan tidak pada pokok persoalan.
“Dalam mitologi odong-odong, kita hanya dibawa mutar-mutar atau berkeliling mengitari impian atau hanya dibawa ke dunia mimpi semata dengan odong-odong yang warna-warni menghiasi kendaraan odong-odong yang kita lihat sehari-hari dengan klason atau sirine model emergency. Itulah fakta dan realitas Perumdam di bawah manejemen DR, DR. Ir. Ady Setiawan, SH, MH, MM, MT hingga saat ini. Kita hanya dipertontonkan odong-odong yang berkeliling,” imbuhnya.
Sehingga menurut Oush’j, jika publik melihat fakta hari ini terdapat banyak lokasi pelanggan yang arus airnya ngicir dan bahkan masih tercium aroma kaporit, maka membuktikan proses produksi air di manajemen PDAM TDA diduga kuat tidak menggunakan sistem produksi Work In Process (WIP).
“Manajemen odong-odong itu implikasi dari Bupati Nina mengangkat Dirut yang tak layak atau tak lolos 3 besar, yang mungkin pertimbangan utamanya karena gelarnya rentengan, terpesona. Fakta dan realitasnya ambruk bahkan tata kelola administratifnya juga amburadul,” tutup Oush’j menyikapi fenomena yang terjadi di PDAM. (RT)