Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Aksi Solidaritas Melapak Buku Serentak, Pegiat Literasi Lakukan “Ngelapak” Bacaan di Jalan

Aksi solidaritas “melapak” buku serentak yang dilakukan oleh sekelompok pemuda di Jalan Raya Jatibarang, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu. Aksi tersebut dilakukan sebagai upaya melawan kebodohan oleh sekelompok orang yang merazia buku tanpa dibaca. Foto-foto: Demokratis/R Tarigan

Indramayu, Demokratis

Sekelompok orang yang mengatasnamakan Brigade Muslim Indonesia di Makassar, Sulawesi Selatan membuat rusuh suasana. Sekelompok yang terbilang konyol tersebut merazia beberapa buku yang diduga tanpa dibaca terlebih dahulu, yang menurutnya dianggap “berpaham komunis dan kiri” di Gramedia Trans Mall Makassar, Sabtu (3/8).

Atas insiden dan tingkah konyol sekelompok orang tersebut, semua pegiat literasi dari berbagai macam komunitas melakukan aksi solidaritas dengan “melapak” buku serentak (10/08) yang ada di Desa Jatibarang, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai bentuk perlawanan atas kebodohan dan pembiaran oleh pemerintah yang selama ini tinggal diam dan justru pemerintah diduga membungkam kebebasan hak azasi manusia.

Komunitas Jaringan Literasi Indramayu (Jalin) dan berbagai macam pegiat literasi lainnya, melakukan “ngelapak” bacaan di jalan. Ahfudz sebagai pemuda yang aktif di perpustakaan Jalanan (Perjal) Balada, memiliki gagasan dengan membentuk Perjal yang kemudian bekerjasama komunitas Jalin, terbangun untuk melakukan aksi tersebut. Tujuannya adalah sebagai kampanye atas minimnya minat masyarakat membaca buku. Namun atas insiden tersebut Ahfudz beserta komunitasnya menanggapi keras dengan melakukan aksi solidaritas “melapak” buku serentak di jalanan.

“Terkait razia buku di Makassar itu melanggar hukum yang sudah ditetapkan. Perampasan buku yang dilakukan oleh sekelompok Ormas itu tidak hanya mencoreng hukum, tetapi juga nama baik aparat keamanan,” katanya Ahfudz. Menurutnya, lapak buku harus terus dilakukan tanpa ada batasan-batasan. Apalagi ini perampasan terhadap buku.

Sementara itu, Andri Wikono, yang aktif di komunitas Senja Sastra (Sentra) sangat menyangkan tindakan salah satu Ormas yang melarang peredaran buku tersebut. “Sepanjang sejarah, selalu ada pemberangusan dan pelarangan buku oleh kelompok atau otoritas sebuah imperium. Tapi secara pribadi, pola tersebut adalah tindakan memaksa dan mungkin konyol. Sebuah kata, mestinya dilawan hanya dengan kata-kata pula. Sebuah buku, mestinya dilawan dengan sebuah buku pula,” tandas Andri saat ditemui di lapak baca. (RT)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles