Jakarta, Demokratis
Prinsip agar mengutamakan kesehatan terlebih dahulu sebelum dilakukan vaksin terkait belum tuntasnya uji klinis sampai tahap tiga agar vaksin dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Sehingga tidak seperti vaksin polio yang pasiennya meninggal dan tidak ada yang bertanggung jawab. Padahal anggaran yang disiapkan oleh APBN sangat besar.
“Saya menolak divaksin meski harus didenda Rp 5 juta. Lebih baik saya didenda dan saya bayar semuanya demi anak dan cucu saya. Saya lebih baik menerima didenda dari pada divaksin!”
Ini dikatakan anggota DPR dr Ribka Tjiptaning dari Fraksi PDI Perjuangan saat rapat kerja dengan Menteri Kesehatan yang baru di Jakarta, Selasa (12/1/2021).
Dia membandingkan dengan Menteri Kesehatan Terawan yang bandel atas vaksin, sebelum Menteri Kesehatan yang baru sekarang, dengan lebih mengutamakan memakan makanan yang sehat untuk meningkatkan anti bodi agar imun dari Covid-19.
“Saya mengkhawatirkan Menteri Kesehatan yang berlatar belakang ekonomi lebih mengutamakan motif ekonomi dari pada aspek kesehatan hingga sampai di tingkat bawah dan dampaknya kepada masarakat di desa,” jelasnya.
Dirinya bisa mencapai umur 63 tahun dan sehat, ujarnya, karena makan ayam kampung yang berkapur saat heboh flu burung. “Saya Ketua Komisi IX waktu itu dan saya menolak anggaran flu burung di DPR. Menteri Kesehatan Siti Fadilah sekarang dipenjara, kalau saya setujui anggaran saat itu, saya juga akan masuk penjara!” ungkap Ribka.
Ribka juga mempertanyakan uang muka vaksin yang dipanjar sampai 80 persen. “Lalu Menteri Kesehatan yang sekarang dari orang BUMN, orangnya Menteri BUMN. Ini siapa yang membisiki Jokowi?” tanya Ribka yang asli Solo tapi merantau ke Jakarta.
“Coba saya minta Menteri Kesehatan agar membuka maskernya, dan tatap mata saya. Ini adalah ibarat ilmu mencari mantu jika akan menerima calon mantu saat pertemuan awal kali. Yang pertama agar amati mata lawan bicara. Apabila calon mantu lebih sering melihat ke bawah. Orang seperti itu tidak bisa dipercaya dan sikapnya banyak berubah-ubah dan tidak pasti,” tegasnya. (Erwin Kurai Bogori)