Hidup kadang memang tidak adil, bahkan bagi seorang Lionel Messi sekalipun. Enam gelar pemain terbaik di dunia, empat trofi Liga Champions, sekeping medali emas Olimpiade, dan masih saja ada orang-orang seperti Dario Torrisi di negara asalnya.
“Kami menyukai cara dia bermain. Tapi, kami tidak kenal siapa dia,” kata Torrisi, seorang sopir taksi di Buenos Aires, kepada Jeff Himmelman yang menulis artikel panjang bertajuk The Burden of Being Messi di New York Times.
Macam-macam alasannya, yang intinya: Messi ”kurang Argentina”. Komparasi dengan Diego Maradona sudah pasti salah satunya.
Ya, Maradona. Sulit sekali Negeri Tango itu lepas dari bayang-bayang pahlawan mereka di Piala Dunia 1986 tersebut, bahkan dengan segala masalah yang ditimbulkannya sampai akhir hayatnya pada 25 November lalu.
“Aneh rasanya bicara tentang Diego dan dia sudah tidak ada lagi,” kata Andres d’Alessandro, mantan gelandang timnas Argentina, kepada Daniel Edwards di Goal.
Kegagalan Leo, nama kecil Messi, mempersembahkan titel kepada Albiceleste –sebutan timnas Argentina– memperburuk situasinya di hadapan orang-orang di negaranya yang terus meragukan ke-Argentina-annya. Tiga final –satu Piala Dunia, dua Copa America– berlalu dengan kekecewaan.
Akankah di kesempatan final keempat besok pagi WIB di Stadion Maracana, Rio de Janeiro, kekecewaan itu berakhir? Tidak akan mudah. Brasil, tuan rumah Copa America 2021 sekaligus musuh besar Argentina, dengan Neymar-nya sudah menunggu.
Tapi, coba lihat bagaimana emosionalnya Leo di semifinal melawan Kolombia. Begitu penalti Yerry Mina gagal, dengan ekspresif dia berteriak baila ahora (menarilah sekarang). Sebuah kejengkelan yang mewakili kejengkelan banyak orang kepada selebrasi Mina setelah mengeksekusi penalti melawan Uruguay di babak sebelumnya.
Sudah lama rasanya tidak melihat Leo se-passionate itu bersama Albiceleste. Lihat pula kontribusi empat gol dan lima assist-nya. Mengutip Squawka, Leo juga mengungguli Neymar di semua kategori. Jadi, ya inilah kesempatan terbaiknya untuk mengakhiri dahaga panjangnya bersama Albiceleste.
Inilah kesempatan untuk mengakhiri sinisme sebagian orang di kampung halamannya. Baila ahora, Leo, baila ahora! ***