Wuhan, Demokratis
Bencana banjir besar di Tiongkok semakin meluas di wilayah tengah dan timur. Musibah kali ini adalah yang terburuk dalam 1 dasawarsa terakhir di Tiongkok. Bahkan kota Wuhan, juga tak luput dari terjangan banjir. Kota ini kembali dilanda bencana setelah pandami Covid-19 sudah membuat kota ini terkunci pada Februari lalu. Wuhan pun menetapkan zona merah.
Kota Wuhan berada di Tiongkok bagian tengah. Selain Wuhan ada juga Provinsi Anhui, Jiangxi dan Zhejiang juga menyatakan status zona merah pada Jumat (18/7) ketika hujan deras membuat sungai dan danau meluap.
Wuhan dialiri Sungai Yangtze. Karena itu pemerintah setempat memperingatkan penduduknya untuk waspada ketika tingkat air dengan cepat mendekati tingkat keamanan maksimum. Waduk raksasa Tiga Ngarai juga sudah meluap.
Danau Poyang di provinsi Jiangxi, yang terbentuk dari semburan Yangtze, juga meluap. Lebih jauh ke timur, Danau Tai di dekat Shanghai juga meluap melewati status darurat setelah permukaan air naik hampir satu meter lebih tinggi dari tingkat aman.
Dilansir dari Straits Times, Senin (20/7), kondisi ini mengganggu rantai pasokan distribusi alat medis seperti alat pelindung diri (APD). Sebab banyak negara yang membutuhkan bantuan dari Tiongkok.
“Ini menjadi hambatan, kondisi ini sedang kita hadapi sekarang,” kata Presiden Dealmed, Michael Einhorn. Dealmed adalah distributor pasokan medis yang menyediakan APD sekali pakai dan produk lainnya dari Wuhan dan daerah sekitarnya.
“Kami tidak dapat mengeluarkan produk selama lebih dari seminggu, yang merupakan waktu yang sangat lama dalam bisnis kami,” katanya.
Aktivitas ekonomi di beberapa wilayah Tiongkok juga terganggu akibat banjir. Seperti permintaan konstruksi yakni baja dan semen.
“Kami memperkirakan banjir di wilayah Sungai Yangtze menyebabkan penurunan 0,4-0,8 poin persentase pada pertumbuhan PDB kuartal ketiga,” ungkap analis di Morgan Stanley dalam sebuah catatan.
Ledakkan Bendungan
Pihak berwenang Tiongkok meledakkan sebagian bendungan di provinsi Anhui timur. Langkah itu akan mengurangi tekanan banjir di negara itu.
Air yang naik di Tiongkok bagian tengah dan timur menyebabkan lebih dari 140 orang meninggal dan hilang. Banjir ini telah mempengaruhi sekitar 24 juta warga yang tinggal di wilayah itu sejak awal Juli 2020.
Dilaporkan pihak berwenang telah mengadopsi langkah-langkah seperti mengalihkan air ke bendungan cadangan untuk menjaga tingkat air. Ini berfungsi ketika sungai dan danau besar airnya sudah meluap.
Di Anhui, sebuah bendungan di sungai Chu dihancurkan pada Minggu, 20 Juli 2020. Pihak berwenang mengatakan tindakan tersebut diambil untuk memastikan keselamatan orang yang tinggal di dekatnya.
“Karena hujan terus-menerus, permukaan air Sungai Chu, anak sungai dari Sungai Yangtze telah bergerak menyebabkan air semakin tinggi,” kata media setempat.
Peledakan bendungan diperkirakan akan mengurangi tingkat Sungai Chu sekitar 70 centimeter. Media Tongkok mengatakan air dilepaskan dan disalurkan ke dua kolam penyimpanan di hilir.
Sementara itu, Anhui memiliki 35 sungai dan danau dengan tanda air tinggi melebihi biasanya, termasuk Sungai Yangtze dan Huaihe. Selama akhir pekan, Dam Tiga Ngarai juga membuka pintu air setelah ketinggian air naik lebih dari 15 meter. (Bs/Red)