Jumat, September 20, 2024

Belajar Dengan Kerja Sama

Persoalan global yang hangat dibicarakan belakangan ini terutama dalam kaitan pendidikan. Konsep global sebenarnya adalah jalan keluar berbentuk dialektika pendidikan atau belajar. Belajar itu tidak hanya paham tetapi bagaimana paham itu dilakukan. Maka terdapatlah urgensi paham di situ di mana belajar itu berkaitan kerja sama.

UNESCO satu lembaga yang dibentuk oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) menyebutkan arti pedidikan atau belajar itu dalam 6 bentuk. Yaitu pertama bekajar itu adalah untuk tahu; dua belajar itu untuk mengerti (to understand); tiga adalah untuk berkerja (how to do); empat adalah bagainana belajar (how learning), lima adalah dalam kata lain bagaimana cara belajar (how to learning); keenam adalah bagaimana bekerja sama (how working together). Jadi pendidikan atau belajar itu salah satu di antaranya bekerja sama. Jadi pendidikan atau belajar yang sukses adalah pendidikan yang berhasil dalam kerja sama.

Dalam kata lain defenisi pendidikan tidak sampai bagaimana belajar saja hanya sampai di situ tapi dikunci oleh kerja sama. Akan kurang berarti kalau tidak adanya kerja sama. Komponen pendidikan selainnya, dikukuhkan jadi pemandu (driving force).

Karena itulah pendidikan sekarang diarahkan pada kerja sama disamping dalam nilai lainnya. Karena itu   pola global semakin digalakkan. Pola kerja sama satu dengan lainnya sebagai tantangan baru pendidikan.

Dalam perguruan tinggi mata kuliah dasar umum (MKDU) mulai ditinggalkan, sebab terganti oleh  integrasinya mata kuliah pada satu sasaran. Makin terhubung satu keahlian dengan yang lain. Yang pandai cerdas pelajaran matematika, harus jujur dan terkait dengan mata kuliah etika.

Ilmu pendidikan membagi komponen pendidikan itu dalam dua yaitu akademik kognitif dan psikomotor atau keterampilan. Masing-masing komponen dalam cakupan berbeda. Komponen akademik atau knowledge misalnya adalah pemahaman atau tahu. Untuk apa knowledge saja kalau hanya paham saja.

Inilah yang memerlukan terintegrasinya ilmu. Satu dengan yang lain. Tujuannya agar pendidikan ilmu bermakna.

Tantangan pendidikan nasa depan adalah bagaimana integrasi ilmu. Dengan tekad dan motivasi yang kuat dalam ilmu masing-masing, tapi mencari dalam pola-pola integrasi. Agar dapat maksimal hasilnya.

Dalam pandangan Muhammadiyah pendidakan terintegrasi mendesak dipikirkan. Karena banyaknya perguruan tinggi yang menghasilkan intelektual baru. Yang berbobot kognitif dan psikomotor sekaligus. Dengan demikian mencakup mumpuni dari pendidikan tadi. Hingga berkelindannya kognitif dan psikomotor. Lalu menjelmakan pedidikan yang pandai.

Maksudnya tidak dikehendaki orang pandai saja tapi tidak jujur. Inilah tantangan kita pendidikan menciptakan sarjana tidak korupsi. Terampil bekerja dalam mengamalkan ilmunya.

Sebagai penutup. Ada simpulan dari artikel ini yaitu, pendidikan yang mumpuni dan mampu berkerja dalam mengejawantahkan nilai. Insya Allah!

Jakarta, 21 September 2023

*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles