Senin, September 30, 2024

Bertahap

Bertahap adalah konsep pembangunan lama dan konservatif. Meski perlahan namun pasti dan jelas. Teruji dalam pelaksanaan.

Sehari sehelai benang setahun selembar kain kata lain dari tahapan. Sedikit demi sedikit kemudian selesai. Menjadi tema pekerjaan yang perlahan.

Menghubungkan konsep tersebut dengan pembangunan identik tahap sesuai dengan kemampuan. Tidak tergesa-gesa. Tanpa terburu-buru, atau memaksakan diri di luar kemampuan.

Konsep Indonesia emas yakni seratus tahun kemerdekaan dalam tahun 2045 bidang peringkat ekonomi dengan pendapatan sebesar tiga ribu Dolar Amerika per kapita agaknya lebih relevan. Ketimbang utang sana sini tapi tidak ada kemampuan membayar. Sehingga manajemen utang sana sini tidak terjadi.

Pembangunan infrastruktur umpamanya tetap penting dan utama. Sebab, tanpa infrastuktur Indonesia tidak bisa membangun. Seperti menggalakkan sumber daya alam dengan ekspor.

Ambillah contoh Sri Lanka yang membangun dengan kredit dari Cina menjadi negara yang gagal bayar utang. Akibatnya negara itu seolah-olah tergadai kepada Cina. Lantaran hampir semua proyek strategis ditangani oleh Cina.

Negara terlilit utang kepada negara luar yaitu Cina. Pembayaran dilakukan menyerahkan pelabuhan laut, pelabuhan udara dan lain-lain pada asing mengelolannya untuk membayar pinjaman.

Implikasi tindakan utang yang tidak terbayar itu banyak sekali. Kedaulatan negara menjadi amat tergangung pada asing. Pendapatan tidak bertambah dan ekonomi kolaps.

Menjadi realitas di depan mata bahwa sesungguhnya membangun dengan utang kepada negara asing itu –kalau tidak hati-hati dapat berbahaya. Terlebih lagi utang yang berkelebihan. Sudah banyak negara yang gagal bayar pinjaman kemudian menyerahkan negara asing menguasai bidang usaha tertentu di dalam negeri.

Sebagai contoh lagi ialah Indonesia yang membangun dengan uang pinjaman utang atau pinjaman. Pendapatan Indonesia per tahun hanya lima ribu triliun (5.191.71 triliun). Sedangkan utang Indonesia ada 700 miliar Dolar Amerika.

Tujuh ratus miliar dolar berarti sudah membebani anggaran pendapatan negara (APBN). Padahal  ratio bank dunia memberi limit utang itu hanya 20 persen dari APBN.

Dengan gambaran demikian Indonesia hampir termasuk telah mendekati batas pagu kredit luar negeri. Pertanyaannya bagaimana membayar utang luar negeri yang mendekati batas itu, sementara tren utang terus meningkat.

Sebagai akhir tulisan ini, kita mengimbau agar hati-hati. Manajer pembangunan negara harus  sadar ada bahaya ke nanak cucu kita. Bila utang gagal bayar. Negara asing akan berkuasa di negara kita. Kita tidak menghendakinya. Karena bertentangan dengan tujuan kemerdekaan. Muda-mudahan kita semua menyadarinya!

Jakarta, 9 Agustus 2022

*) Penulis adalah Dosen Paskasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles