Sabtu, November 23, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Bobotoh Berduka: Sejarah Kelam Kembali Terulang!

Sepakbola yang seharusnya menjadi hiburan berubah menjadi pemakaman. Kali ini terulang lagi suporter menjadi korban, dua Bobotoh meregang nyawa karena terinjak-terinjak pada saat mengantre untuk masuk ke area stadion. Kematian dua Bobotoh tersebut menambah panjang daftar kelam sejarah buruk di stadion GBLA yang penuh dengan berbagai kontroversinya (kasus korupsi, hak kepemilikan dan pengelola, serta sederet isu lainya).

Hal yang perlu menjadi bahan perhatian untuk seluruh stakeholders pertandingan yaitu keamanan dan kenyamanan bagi suporter yang datang menyaksikan tim kebanggaan berlaga menjadi poin paling penting dan serius untuk dijalankan dengan baik. Suporter Persib secara tidak langsung sudah dianggap sebagai konsumen oleh mereka para pebisnis yang ada di balik logo tim kebanggaan. Penulis sangat kecewa dan mengkritisi semua elemen yang berkaitan pada pertandingan besar kemarin sore.

Keempat unsur mempunyai terikatan dan tanggung jawab atas kematian kawan kita tersebut. Pertama, berawal dari manajemen Persib yang terkesan tidak profesional dan buruk dalam membuat sistem dan mekanisme tiketing yang berakibat besar bagi Bobotoh untuk mendapatkan akses tiket yang sulit didapatkan. Kedua, panitia pelaksana pertandingan pun kurang konsisten dalam menjalankan tugasnya sehingga ada beberapa oknum dari mereka yang tidak fokus dalam menjalankan tugasnya (fokus mencari keuntungan pada Bobotoh yang tidak memiliki tiket).

Ketiga, saya menyinggung pihak aparat keamanan yang mengamankan pada saat laga tersebut. Aparat di lapangan seringkali menerjemahkan perintah “amankan” dari atasan dengan melakukan represi demi mencapai stabilitas keamanan di area stadion. Dalam hal ini aparat sudah jelas mengesampingkan hak-hak konstitusional warga dan menfokuskan di balik isu keamanan (suporter memiliki hak untuk dilindungi). Contoh di lapangan yaitu saat suporter mulai mengantre masuk kestadion dan mereka terpancing untuk meredam aksi suporter yang ingin berniat masuk tribun yang berakibat para suporter berlarian dan menbuyarkan konsentrasi massa.

Terakhir, saya mengkritisi kawan-kawan Bobotoh yang masih mempertahankan budaya yang tidak baik; Menonton Persib tanpa tiket. Tentu hal ini bagi mereka menjadi lumrah karena hasrat ingin menonton klub kebanggaannya. Sudah jelas tindakan yang haram ini harus kita buang dengan kesadaran tentang arti loyalitas terhadap klub yang kita cintai — No Ticket No Game— kita sebagai Bobotoh yang bermartabat harus mengedukasi mereka tentang arti kecintaan dengan membeli tiket pertandingan.

Sebagai kata penutup, penulis berharap tidak ada korban lagi di kemudian hari terkait suporter menjadi korban kejadian kelam ini. Sejatinya stadion menjadi tempat hiburan bagi Bobotoh berbuah menyeramkan atas ulah mereka sendiri. Mari kita saling introspeksi dan evaluasi agar kedepannya peristiwa ini tidak terulang kembali.

Alfatihah untuk kedua almarhum.

 

Penulis merupakan seorang Bobotoh yang saat ini hobi menulis dan suka makan seblak

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles