Terdapat setidaknya dua catatan dalam kunjungan. Yaitu persoalan politik dan ekonomi. Sama-sama dihadapi sekarang. Keadaan itu menjadi tantangan wilayah ini. Yaitu bagaimana meningkatkan kemakmuran rakyat bidang ekonomi dengan stabilitas politik. Hal ini menjadi catatan dari kunjungan penulis.
Berada sepekan di Bumi Lancing Kuning dari tanggal 20 sampai dengan 27 Februari 2023 kita dapat merasakan nuansa yang spesifik dari daerah lain. Bumi Lancang Kuning mungkin karena wilayahnya berbatasan dengan Malaysia maka nuansa demikian berpengaruh terhadap Indonesia. Malaysia amat terasa. Lagi pula permasalahan sama antara keduanya.
Kunjungan penulis ke daerah ini terkesan sama halnya dengan nuansanya semalam di Melaya (kini Malaysia) yang ditampilkan oleh F Ramlee penyanyi terkenal itu. Mengesankan sejarah melankolis yang dalam. Lirik lagu dan irama dendangnya yang nostalgia. Penuh kenangan indah. Itulah P Ramlee seniman Melayu yang amat terkesan.
Sebab pada nyanyian itu berisikan zaman dulu di mana wilayah Riau bukan hanya berdekatan dengan Malaysia tapi berhubungan amat dekat. Baik dalam hal teritorial maupun dalam identik nasib anak bangsa. Sama dijajah, Riau oleh Belanda, dan Malaya waktu itu dengan penjajah dari Inggris. Intinya Malaysia dan Indonesia sama bekas negeri jajahan dan berbatasan dekat dan langsung.
Demikianlah adannya. Melayu awal. Seperti diungkap oleh Perdama Menteri Malaysia Ismail Sabri, bahwa sejarah itu meletakkan dua negara punya kaitan yang mendalam. Dalam kunjungannya bertemu dengan Presiden Indonesia Joko Widodo, ia mengatakan, dua negara yang dekat dan perlu dilestarikan. Hal ini ditorehkan saat pertemuasan Joko Widodo dan Ismail Sabri tokoh Indonesia dan tokoh Malysia.
Walaupun serumpun berdekatan tetapi realitas belakangan berbeda. Ya, itulah realitas meskipun kemudian kawasan ini berubah karena waktu berubah. Namun kedekatan lama tetap mendalam. Setidaknya-tidaknya terdapat dua poin penting. Tulisan bahasa Melayu adalah warisan.
Poin kedua, karena Indonesia merdeka dimana terdapat suku dan bangsa maka muncullah negara suku bangsa dan bahasa yang beragam. Bersatu dalam beragam suku dan bangsa. Indonesia berubah.
Terhadap dua masalah itu bangsa Indonesia dan Malaysia mempunyai esensi masing-masing sebagai negara suku bangsa dan modern. Terhadap hal berkaitan sebagai negara membangun dan nemajukan negara masing-masing sebagai negara modern. Realitas yang sama diakui oleh kedua bangsa.
Secara fakta problema hampir sama yaitu ekonomi dan politik. Persoalan ekonomi masalahnya adalah pertumbuhan dan investasi yang dapat dilihat pada tingkat kemkamuran. Terutama menghadapi masa depan.
Dalam fakta kelihatan pendapatan per kapita Indonesia adalah 800 Dolar US Januari 2023 dengan populasi penduduk berjumlah 280 juta orang. Sementara Malaysia pendapatan perkapitanya sebesar 1100 Dolar dengan populasi 33 juta orang. Termasuk dalam kategori tingkat perekonomian yang serupa yaitu menengah bawah.
Pada akhirnya teritori Bumi Lancang Kuning berbatasan langsung dengan Malaysia. Sementara Malaysia pendapatan per kapita adalah 110 Dolar yang lebih tinggi dari Indonesia. Meski tingkat negara Malyasia masih dalam kategori negara berkembang. Kategori Bank Dunia dalam jumlah penduduk berjumlah lebih makmur dari Indonesia.
Terhadap persoalan politik adalah persoalan kestabilan pemerintahan. Kedua negara menghadapi ketidakstabilan pemerintahan. Dalam negeri mengalami jatuh bangun pemimpin pemerintahan.
Kini pemerintahan di Indonesia dipegang oleh Presiden Joko Widodo menjelang pemilihan presiden tahun 2024 yang akan datang. Karena Joko Widodo sudah periode kedua dan tidak mungkin tiga periode karena tidak dibenarkan undang-undang. Karenanya presiden yang akan datang adalah baru menggantikan Joko Widodo.
Sementara Malaysia adalah Perdana Menteri (PM) baru terpilih seusai Pelihan Raya Umum (PRU) yang ke-15 baru-baru ini. Konsentrasi Pemerintan Malaysia adalah pembagnunan kesejahteraan rakyat, serta kestabilan pemerintahan dalam politik.
Pada akhirnya teritori Bumi Lamcang Kuning hampir sama dengan tanah semenanjung Melayu Malaysia. Problemnya ekonomi dan politik kesejahteran bidang politik ialah kestabilan pemerintah. Sementara bidang ekonomi bagaimana meningkatkan kesejahteraan, kemakmuran rakyat Indonesia dengan Malaysia. Insa Allah!
Jakarta, 6 Maret 202
*) Penulis adalah Doktor Dosen Paskasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta