Kabupaten Garut, Demokratis
Di tengah kinerja perekonomian nasional yang relatif stabil pada 20 September 2024, kondisi Industri Jasa Keuangan (IJK) di Wilayah Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Tasikmalaya mencatatkan pertumbuhan positif pada bulan Juni 2024. Hal ini tercermin dari pertumbuhan di masing-masing sektor jasa keuangan dan secara keseluruhan stabilitas dan profil resiko yang terjaga serta likuiditas yang memadai.
Demikian disampaikan Kepala OJK Tasikmalaya, Melati Usman dalam Press Release dan Literasi Keuangan Media Gathering di Meeting Room Hotel Darajat Pass Kabupaten Garut, Jum’at (20/9/2024).
Menurutnya, aset perbankan di wilayah Kantor OJK Tasikmalaya pada bulan Juni 2024 dinilai meningkat sebesar 3,89 persen (yoy). Pertumbuhan kredit perbankan di wilayah Kantor OJK Tasikmalaya pada bulan Juni 2024 tumbuh sebesar 2,13 persen (yoy) atau tumbuh sebesar 0,79 persen secara year to date (yta). Pertumbuhan kredit tertinggi yaitu Kredit Modal Investasi sebesar 18,13 persen (yoy), Kredit Konsumsi sebesar 7,46 persen (yoy). Namun Kredit Modal Kerja menurun sebesar 7,07 persen (yoy).
Di sisi lain, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Juni 2024 tercatat meningkat sebesar 3,50 persen (yoy), utamanya didorong peningkatan pada giro sebesar 5,38 persen (yoy) dan Tabungan sebesar 4,32 persen (yoy) dan Deposito sebesar 3,31 persen (yoy).
Sementara itu perkembangan kinerja Pasar Modal di wilayah Kantor OJK Tasikmalaya antara lain mencakup data jumlah investor (SID), Kepemilikan dan Transaksi Saham secara umum mengalami peningkatan.
“Jumlah investor di Wilayah Kantor OJK Tasikmalaya yang terdiri dari 7 Kota/Kabupaten selama satu tahun terakhir mengalami peningkatan baik dari investor saham, reksadana maupun SBN,” ucap Melati Usman kepada wartawan di sela acara.
Lanjut dia, peningkatan presentase jumlah investor (SID) yang paling tinggi yaitu investor reksadana dengan peningkatan sebesar 41.313 investor atau sebesar 12,22 persen (yoy) menjadi 378.484 investor, disusul oleh peningkatan investor SBN sebesar 2.685 investor atau 30,68 persen (yoy) menjadi 11.437 investor.
Sedangkan untuk peningkatan SID saham, lanjut dia lagi, mengalami peningkatan sebesar 18.892 investor atau 14,72 persen (yoy) menjadi 147.196 investor. Meskipun peningkatan SID saham tidak sebesar Reksadana maupun SBN, namun upaya peningkatan dilakukan dengan berbagai cara, baik itu sosialisasi maupun Sekolah Pasar Modal (SPM) yang diadakan secara rutin oleh Kantor OJK Tasikmalaya yang bekerjasama dengan Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Barat.
“Pelaksanaan SPM dilakukan secara rutin setiap bulannya sampai dengan akhir tahun 2024 dengan target peserta dari mahasiswa maupun masyarakat umum,” sebutnya.
Perkembangan Pasar Modal
Nilai kepemilikan saham di wilayah Kantor OJK Tasikmalaya mengalami peningkatan sebesar Rp. 137,48 miliar atau 17,32 persen (yoy) menjadi Rp. 931,24 miliar. Hal ini berbanding lurus dengan nilai transaksi sahamnya yang mengalami peningkatan sebesar Rp. 94,21 miliar atau sebesar 26,87 persen (yoy) menjadi Rp. 444,79 miliar.
Perkembangan Sektor IKNB
Perkembangan Kinerja Industri Keuangan Non Bank di wilayah Kantor OJK Tasikmalaya antara lain Lembaga Keuangan Mikro (LKM), terdapat 9 LKM/S yang terdiri dari 5 LKM Syariah (LKMS), 4 diataranya berupa Bank Waka Mikro (BMW) dan LKM Konvensional yang diawasi secara langsung.
Adapun kinerja LKM pada kurun waktu 1 (satu) tahun terakhir mengalami penurunan outstanding kredit/pembiayaan sebesar Rp. 1,23 miliar atau 1,2 persen (yoy) menjadi Rp. 101,49 miliar. Selain itu untuk perusahaan pembiayaan terjadi peningkatan outstanding sebesar Rp. 645,40 miliar atau 14,48 persen (yoy) menjadi Rp. 4,984 miliar. Namun demikian pada perusahaan modal ventura terjadi penurunan outstanding sebesar Rp. 41,91 miliar atau 9,79 persen (yoy) menjadi Rp. 386,09 miliar.
Berdasarkan resiko pembiayaan industri kredit keuangan non bank tersebut di atas, dapat disampaikan bahwa rata-rata NPL/F tertinggi berada di sektor LKM/S dengan posisi April 2024 sebesar 19,97 persen, dilanjutkan dengan perusahaan pembiayaan sebesar 13,12 persen dan Perusahaan Modal Ventura sebesar 4,93 persen. Rasio NPL/F ini menandakan masih cukup besarnya keterlambatan pembayaran angsuran pembiayaan/kredit dari masyarakat.
Namun demikian sambung dia, Kantor OJK Tasikmalaya terus berupaya agar resiko pembiayaan ini terus menurun dengan melakukan pembinaan kepada IKNB agar dalam pemberian kredit/pembiayaannya lebih meningkatkan kehati-hatian dan melakukan monitoring pasca pencairan. (Eddinsyah)