Senin, Juni 9, 2025
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Cinta Laura Ikut Angkat Suara Terkait Tambang Nikel di Raja Ampat

Aktris sekaligus penyanyi Cinta Laura Kiehl ikut angkat suara terkait keprihatinan sekaligus mengecam keras aktivitas pertambangan nikel di Pulau Gag, Raja Ampat, Papua Barat Daya.

Pulau tersebut merupakan bagian dari kawasan konservasi laut dunia yang kini terancam rusak akibat ekspansi industri ekstraktif yang dinilai minim transparansi dan akuntabilitas.

Dalam unggahan video di akun Instagram pribadinya, @claurakiehl, Cinta menyampaikan kemarahannya terhadap kerusakan lingkungan dan hilangnya kedaulatan masyarakat adat atas tanah mereka.

What the f*ck? Maaf atas itu (omongan tersebut). Gue emosi banget,” kata Cinta, dikutip Senin (9/6/2025).

Setelah itu, perempuan berusia 31 tahun ini mulai mempertanyakan nilai kemanusiaan dalam praktik eksploitasi sumber daya alam yang menurutnya sudah melampaui batas nalar.

“Berapa nilai satu nyawa manusia? Apakah satu tambang? Satu kapal pesiar? Satu deal strategis? Saat ditandatangani dan dividen dicairkan? Aku penasaran. Apakah orang-orang serakah ini masih ingat dengan wajah-wajah manusia yang dikorbankan dan ditinggalkan dengan tempat tinggal yang hancur dan tanah yang diracuni?” katanya.

Cinta kemudian menegaskan, Raja Ampat adalah salah satu surga terakhir dunia yang kini berada di ambang kehancuran. Tapi saat ini, di salah satu kawasan laut paling rapuh di dunia tersebut perusahaan-perusahaan tambang memilih merobek hutan, mencemar air, dan mencekik terumbu karang.

“Semua demi nikel untuk menggerakkan mobil listrik. Katanya ini kemajuan. Tapi kemajuan untuk siapa?” tanyanya bingung.

Cinta pun mengajak publik untuk melihat dampak langsung dari tambang terhadap kehidupan masyarakat lokal.

Saat ini, ibu-ibu di Papua kata dia kesulitan mencari air bersih, untuk sekadar memandikan anak mereka. Di sisi lain, nelayan pulang dengan jaring kosong. Belum lagi, para tetua masyarakat yang harus dengan lapang dada melihat hutan-hutan sakral mereka di babat habis.

Kerusakan ini kata dia jelas akibat buruknya kebijakan, yang diperparah dengan kegagalan nurani dan pengingkaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan serta hak masyarakat adat.

“Tapi salah satu hal yang ingin aku bahas adalah moral disengagement. Kita membenarkan yang tidak bisa dibenarkan. Ini demi pembangunan nasional. Cuma pulau kecil, yang lain kan masih ada. Negara lain juga lebih parah kok, masa kita enggak boleh untung?” ucapnya.

“Dan dari sana keserakaan tumbuh pelan-pelan, sembunyi di balik rapat-rapat ber-AC, dibungkus jargon patriotisme,” katanya.

Di akhir videonya, Cinta menegaskan masyarakat Papua, yang hari ini paling terdampak oleh aktivitas tambang justru adalah penjaga sejati surga ini sejak lama.

Jauh sebelum dunia mengenal istilah konservasi, merekalah yang melindungi terumbu karang dan hutan-hutan sakral dengan kearifan lokal yang diturunkan lintas generasi.

Mereka hidup dalam satu kebenaran yang kini mulai dilupakan, tanah dan laut bukanlah komoditas untuk dieksploitasi, melainkan saudara yang harus dijaga. Namun kini, suara mereka dibungkam. Hak-hak mereka diinjak-injak.

“Banyak izin tambang dikeluarkan tanpa pertunjuan FPIC. Hak yang dijamin oleh hukum internasional,” ucapnya. (Aria)

Related Articles

Latest Articles