Produsen mobil asal Rumania, Dacia, memperkenalkan konsep mobil listrik terbarunya yang diberi nama Hipster. Model ini tampil dengan pendekatan berbeda dari kebanyakan mobil listrik modern.
Mobil ini mengusung filosofi “less is more”. Di mana, Hipster dirancang sebagai kendaraan mungil dan efisien yang bisa menjadi solusi mobilitas perkotaan dengan harga sangat terjangkau.
Dacia Hipster hadir dengan tampilan unik dan bergaya “boxy” yang mengingatkan pada mobil utilitarian klasik. Panjang bodinya hanya sekitar 3 meter, tetapi tetap bisa menampung empat penumpang serta menyediakan ruang bagasi cukup luas.
Desain eksteriornya menonjol lewat penggunaan panel plastik daur ulang, jumlah cat yang dikurangi untuk menekan biaya produksi, serta beberapa elemen sederhana seperti tali sebagai pegangan pintu. Bobot mobil ini diklaim kurang dari 800 kilogram, atau 20 persen lebih ringan dibanding model listrik termurah Dacia saat ini, Spring.
Strategi ini menjadi bagian dari filosofi “Eco-Smart” Dacia yang berfokus pada efisiensi dan keberlanjutan. Menurut perusahaan, mobil ini menghasilkan separuh emisi karbon dari mobil listrik konvensional dalam siklus hidupnya.
Masuk ke bagian kabin, Dacia tetap mempertahankan kesederhanaan. Jok dibuat tipis dengan rangka terbuka, kaca jendela masih menggunakan model geser, dan tidak ada layar besar di tengah dasbor.
Sebagai gantinya, pengguna dapat menempatkan ponsel pribadi untuk berfungsi sebagai sistem infotainment, navigasi, dan kunci digital. Tersedia juga sistem modular YouClip, yang memungkinkan berbagai aksesori seperti lampu, gantungan, atau cup holder dipasang sesuai kebutuhan.
Meski belum mengungkap spesifikasi resmi, Dacia menyebut Hipster dirancang untuk penggunaan harian di kota. Rata-rata pengemudi hanya menempuh jarak sekitar 40 km per hari, sehingga pengisian daya cukup dilakukan dua kali seminggu.
Versi produksinya diperkirakan akan dijual dengan harga di bawah 17.600 dolar AS, atau sekitar Rp292 jutaan. Kepala Desain Dacia, David Durand, menjelaskan bahwa Hipster terinspirasi dari mobil-mobil sederhana yang sukses di masa lalu, seperti Mini dan Citroën 2CV.
“Mobil terjangkau bukan berarti membosankan,” ujarnya. Namun, Dacia juga mengakui bahwa tantangan besar datang dari regulasi keselamatan dan standar emisi di Eropa yang kian ketat, membuat harga mobil semakin sulit ditekan.
Karena itu, Dacia berharap para pembuat kebijakan Eropa dapat membuka jalan bagi kategori mobil baru yang lebih ringan, mirip konsep kei car di Jepang. Ini agar mobil listrik murah seperti Hipster dapat diproduksi dan dipasarkan dengan harga realistis dan menjadi pelopor baru di segmen kendaraan listrik terjangkau. (Rio)