Oleh Mas ud HMN*)
Episode sejarah Kerajaan Kandis sebagai monarki masa batu tua abad kelima masehi terletak di Lubuk Jambi, Kuantan Mudik, Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, diperintah oleh Raja Alang belum banyak dikaji. Dapat dipahami anak muda kita kelahiran daerah ini tidak mengenal masa lampau kampung halamannya. Termasuk Kerajaan Kandis. Tak dikenal dan dilupakan.
Namun demikian bukan berarti tidak penting. Kerajaan Kandis yang terlupakan tetap penting karena sudah menorehkan episode historis yang amat beharga. Yaitu dalam perjalanan perkembangan asas komunitas berbasis pemikiran monarki turun menurun dan asas pikiran mufakat atau demokrasi.
Adanya Kerajaan Kandis seperti ditulis Prapanca dalam buku Negarakertagama Kerajaan Majapahit 1293. Adapun wilayahnya yang berlokasi di Lubuk Jambi sekarang (seberang pantai) atau ada pendapat antara Pucuk Rantau berdiri sekitar abad kelima masehi.
Jadi tarihnya sebelum Sriwijaya. Tumbuh dan berkembangnya daerah ini berdasar perubahan geologi lapisan bumi, yaitu surutnya air laut yang memungkinkan wilayah daratan bertambah. Sungai Kuantan mengikuti perubahan itu yang semula amat lebar, kini sungainya semakin menyempit.
Berdasar kewilayahan, tanahnya subur untuk bercocok tanam bersawah dan ladang. Serta penduduknya hidup berkecukupan. Sehingga peradaban berkembang di sini.
Hanya sayangnya selalu terjadi percekcokan dalam kerajaan pada elitnya. Dengan ekonomi yang bertumbuh baik, kesejahteraan meningkat menimbulkan dinamis dan penduduk bertambah. Itulah yang terjadi pada elit intern Kerajaan Kandis. Yang pada puncaknya adalah perginya dua orang tokoh utama kerajaan meninggalkan istana eksodus ke daerah lain yaitu Merapi, wilayah Sumatera Barat sekarang.
Tokoh utama itu bernama Temanggung dan Patih yang sebelumnya menjadi pemikir dalam kerajaan. Mereka ini bertemu dengan pemikir asas adat Minangkabau dan bergabung satu kesatuan dengan dasar pengalaman mereka di kerajaan asalnya Kandis. Maka pada simpulannya Kerajaan Kandis runtuh dan dua tokoh utamanya lanjut bergabung sebagai pengasas adat Minangkabau.
Temanggung ahli dalam asas sistem monarki yaitu penguasa dari keturunan aliran ibu atau matriarkat. Sementara Patih asasnya tetap matriarkat namun dikembangkan berasas utama pada mufakat. Dua asas adat bertemu jadi satu yang tunggal.
Seperti dikatakan dengan dalil negeri diatur mufakat adat diatur alur dengan patut. Ini adalah asal awal adat Minangkabau jilid satu. Yang didominasi pikiran Patih berganti Perpatih Nan Sabatang hingga masa masuknya Islam ke Minangkabau. Era terakhir ini berubah menjadi adat bersendi syarak. Sarak basandi kitabullah sebagai jilid dua berlaku hingga sekarang.
Dengan demikian ada simpulan yang dapat diambil, yaitu: (1) Kerajaan Kandis bermula abad kelima dan berakhir abad kedelapan. (2) Kandis melahirkan pemikir utama yaitu Temanggung dan Patih kemudian bergabung menjadi pengasas adat Minangkabau.
Berdasar dua simpulan itu penulis berpendapat Kerajaan Kandis membuktikan bahwa Kerajaan Kandis penting dalam menorehkan warisan hebat kerajaan dengan melahirkan intelektual pencerah pada zamannya.
Jakarta, 17 Juni 2020
*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta