Ada suatu destinasi wisata sejarah yang tak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Minahasa, Sulawesi Utara. Sebab di sana atau lebih tepatnya di Desa Lotta, Kecamatan Pineleng terdapat makam seorang pahlawan Tuanku Imam Bonjol.
Pahlawan Nasional kelahiran Tanjungbungo (Bonjol), Sumatera Barat ini merupakan pahlawan Nasional yang berperan penting dalam Perang Paderi. Tuanku Imam Bonjol lahir pada tahun 1774 dan meninggal dunia dalam pengasingannya di Minahasa pada tahun pada tanggal 8 November 1854.
Makam ini juga merupakan sebuah peninggalan yang penting bagi sejarah Indonesia. Bahkan presiden Indonesia keempat Abdurrahman Wahid dan Presiden Indonesia kelima Susilo Bambang Yudhoyono juga mengunjungi ke pemakaman berbentuk rumah adat Minangkabau berukuran 15 meter kali 7 meter itu.
Selain berbentuk rumah adat Minangkabau, di dinding sebelah makam juga terdapat sebuah lukisan besar yang memperlihatkan Tuanku Imam Bonjol sedang menunggangi kuda dan bersiap untuk menyerang.
Hidup Tuanku Imam Bonjol yang berakhir di Minahasa ini bermula dari pengasingan dirinya oleh pemerintah kolonial Belanda. Untuk menekuk perlawanan Tuanku Imam Bonjol pemerintah kolonial berupaya menahan dirinya dan membuangnya sejauh mungkin dari kampung halamannya.
Sebelum dibuang ke Keresidenan Manado atau sekarang disebut Minahasa pada 1841, sebelumnya beliau pernah ditempatkan di Cianjur dan Ambon. Tuanku Imam Bonjol tiba bersama anak-anaknya yaitu Sutan Saidi, Abdul Wahid dan Baginda Tan Labi.
Kemudian beliau juga berpindah ke Desa Lotta, Pineleng yang berjarak sekitar 15 km dari Kota Manado. Pineleng juga menjadi tempat berpindahnya yang terakhir sebab pada akhirnya ia membeli tanah di Pineleng.
Pembuangan di Minahasa tentu memberikan kesengsaraan tersendiri kepada Imam Bonjol. Sebab suasana Sulawesi Utara yang tidak sama dengan Sumatera Barat, yang menyebabkan Imam Bonjol makin merasa terasing. Mungkin inilah alasan kenapa Imam Bonjol dimakamkan di Minahasa. Karena dalam pengasingannya, Imam Bonjol sudah hidup di Lotta lebih dari 10 tahun hingga ia wafat pada 6 November 1864. ***