Oleh O’ushj.dialambaqa
Di persimpangan jalan kita berpisah. karena matahari tak akan mungkin terbit dari barat. begitu pula bulan tak akan mungkin sembunyikan purnama raya. kelelawar kelelawar tak akan terbang di siang bolong.
Di persimpangan jalan kita berpisah. karena ombak dan gelombang menderu deru. deras arus menumbangkan pohon pohon di sepanjang sungai sungai kehidupan. batu batu terbawa arus dan dedaunan beterbangan karena angin badai.
Di persimpangan jalan kita berpisah. kita bercerai berai karena pembenaran pembenaran oplosan. kebenaran hilang dan melenyap karena pembenaran pembenaran sampah. kita lebih suka mencari pembenaran pembenaran oplosan dan pembenaran pembenaran sampah ketimbang mencari kebenaran yang benar di negeri adakadabra.
Di persimpangan jalan kita berpisah. gerimis tipis senja hari telah mengantarkan kita pada suatu titik. kabut semakin mendekat. kupilih jalan sunyi. meski senyap dan terjal, batu batu, kerikil kerikil, paku paku dan pecahan kaca berserakkan sepanjang jalan. senyap dan kebisingan silih berganti.
Di persimpangan jalan kita berpisah. suara suara kebenaran makin hilang dan melenyap. suara suara pembenaran menghamba kekuasaan dan atau menjadi pemuja kekuasaan makin memekakkan dan menulikan pendengaran. suara suara yang mendengung membela yang bayar. merajalela dan gagah perkasa. lihatlah para penjilat dan tukang semir bersap sap berjejer dari pulau ke pulau di sumbu sumbu kekuasaan. kekuasaan telah menjadi panglima bahkan menjadi dewa atau tuhan dalam kehidupan nyata.
Di persimpangan jalan kita berpisah. karena langit menjadi merah saga. minyak adalah minyak dan air adalah air dalam kodratnya. mana mungkin bisa bersenyawa. begitulah ketetapan semesta. begitu pula dengan matahari dan bulan beredar dan berada pada porosnya. sebelum berakhirnya kefanaan semesta.
Singaraja, Jumat dini hari, 2572025.