Jeneponto, Demokratis
Pengerjaan proyek satu unit pembangunan gedung Balai Latihan Kerja (BLK) di Pondok Pesantren Darul Ihsan Munte Desa Bontomate’ne Kec. Turatea Kab. Jeneponto Sul-Sel, kini terkesan jadi sorotan publik, lantaran dinilai dikerja asal-asalan alias asal jadi.
Hal itu dapat tergambarkan seiring dengan adanya penampakan fisik dinding tembok bagian belakang bengkok bengkok dan pasangan atapnya miring dinilai lari kurang lebih 10 cm dan plafon tergenang air di musim hujan, juga pasangan tegelnya pun tidak ketemu notnya, karena diduga keras tegel bekas dibeli dipasangnya.
Selain itu, juga adanya sumber yang layak dipercaya menyebutkan, bahwa selain diduga tegel bekas dipasang oleh tukang, juga pembesian pun yang seharusnya besi 12 full sesuai dengan RAB, namun yang dipasang hanya besi 10 hasil sigma dan behelnya besi 8 banci, serta bak WC campur besi dan bambu saja.
Padahal kata Sumber, mengingat besar dananya digelontorkan oleh Kementerian Tenaga Kerja RI yang berasal dari APBN sebesar 500 juta rupiah, tidak selayaknya bangunan Balai Latihan Kerja di Pondok Pesantren Darul Ihsan Munte ini dikerja asal-asalan alias asal jadi.
Kuat dugaan pengerjaan bangunan tersebut, terkesan diperebutkan, sehingga seharusnya dikerjakan oleh Sahiruddin S.Ag selaku Kepala MTs Darul Ihsan Munte yang diberi SK sebagai ketua pelaksana pembangunan, dan juga Zainal S Ag selaku Kepala MA Munte yang diberikan SK sebagai bendahara pembangunan gedung BLK dimaksud.
Namun fakta yang ditemukan oleh tim media ini, ternyata Sahiruddin selaku ketua pelaksana dan Zainal selaku bendahara pembangunan tersebut, mereka pada mengaku tidak tahu menahu tentang bahan yang digunakan, karena mereka merasa tidak dilibatkan di dalamnya.
Sekaitan dengan itu, Hasrul atau lazim disapa Kr. Lolo yang bertindak sebagai pelaksana suami dari Sekretaris bangunan tersebut ketika ditemui dua kali di salah satu Kafe pekan lalu, membantah semua indikasi temuan yang dinilai tidak sesuai dengan RAB.
Menurutnya, dia menggunakan bahan sesuai dengan RAB. “Besi yang saya beli adalah besi 12 dan besi 10 serta besi 8 dan kalau bak WC itu hanya di sampingnya pakai bambu sebagai penahan dan itu sudah dicabut juga tegel bukan tegel bekas tapi baru serta atapnya miring hanya karena pasangan kusen yang lari keluar,” jelasnya.
Namun alasannya itu, menurut salah satu warga yang mengaku berpengalaman mengatakan, bahwa miringnya pasangan atap, karena miringnya pasangan dinding tembok belakang atau bangunan itu tidak siku.
Dan terkait masalah pembesian yang juga jadi sorotan Ketua LPK Sulsel, seperti dikutip dari berita Faktual Net bulan Januari lalu, menyorot pembesian yang digunakan hanya besi 12 banci dan besi 10 banci serta besi 8 banci.
Berdasarkan indikasi temuan ini, menjadi acuan bagi LSM Lingkar untuk melaporkan Hasrul Kr. Lolo mantan anggota DPRD Jeneponto itu, ke aparat penegak hukum. (Tim)