Jakarta, Demokratis
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian (Kementan) mendorong petani di seluruh Indonesia agar gunakan penerapan biosaka dalam budidaya tanaman pangan sebagai upaya mengefisienkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia.
Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Dirjen Tanaman Pangan, Kementan, Yudi Sastro di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu, 11 Maret, mengatakan, Bantul salah satu daerah yang sudah menerapkan biosaka cukup masif dengan luasan kurang lebih 400 hektare.
“Dan ini perlu kita masifkan, sehingga nanti bisa diterapkan di seluruh Indonesia, tujuannya adalah dengan aplikasi biosaka ini kita bisa meningkatkan produktivitas tanaman, mengefisienkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia. Jadi untuk menjawab isu-isu saat ini,” katanya.
Menurut dia, penerapan biosaka atau bahan dari larutan tumbuhan atau rerumputan untuk melindungi tanaman dari serangan hama dan penyakit sudah diaplikasikan di seluruh Indonesia, akan tetapi baru di wilayah Bantul yang sudah mengaplikasikan dengan luasan cukup besar.
“Sehingga wajar kita gaungkan mulai dari Bantul, sebenarnya biosaka pertama kali diaplikasikan di Blitar, Jawa Timur, tetapi sekarang kalau total yang sudah melaporkan luasan cukup besar itu justru di Bantul,” katanya.
Menurut dia, tanaman padi di wilayah Bantul dengan penerapan biosaka tersebut rencananya akan dipanen dalam waktu dekat bersama Kementerian Pertanian, sebagai bentuk apresiasi pemerintah kepada petani yang telah menerapkan inovasi pertanian itu.
“Harapannya ini nanti bisa berdampak di daerah daerah lain, kalau penerapan sejak dua tahun terakhir kita mulai kenalkan itu dari Blitar, jadi sebenarnya ini inovasi dari petani, dan ini bagus, dan ini menjawab isu nasional sehingga Dirjen Tanaman Pangan sangat mendukung ini untuk diaplikasikan di seluruh Indonesia,” katanya.
Dia juga mengatakan, dari beberapa daerah yang sudah menerapkan biosaka pada taman padi, ada catatan-catatan dan laporan-laporan bahwa bisa menurunkan penggunaan pupuk kimia, kemudian menurunkan pestisida kimia dan mempertahankan produktivitas panen.
“Kan kita tahu isunya adalah pupuk mahal, pupuk langka, pestisida kimia mahal, kemudian kita jenuh dengan penggunaan kimia tanpa diimbangi dengan aplikasi senyawa lain atau organik atau alami. Sehingga ini bisa diaplikasikan petani tanpa menggunakan biaya, atau bahan-bahan mahal,” katanya. (Rmn)