Jakarta, Demokratis
Ternyata, mahal betul harga yang harus dibayar pelaku saha dan pemerintah akibat demo yang berujung penjarahan rumah 3 anggota DPR dan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati.
Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda menghitung, kerugian akibat demo yang berlangsung mulai Senin (25/8/2025), sekitar Rp9 triliun.
Sejumlah fasilitas umum (fasum), termasuk ke-4 rumah serta barang-barang pribadi milik 4 pejabat negara itu, mengalami kerusakan dan raib dijarah massa.
“Permintaan untuk sektor jasa, mengalami penurunan luar biasa dalam 2-3 hari ini. Padahal, kontribusi sektor jasa terhadap perekonomian nasional, cukup besar yakni 45 persen atau setara Rp9.900 triliun per tahun,” kata Huda di Jakarta, Senin (1/9/2025).
Huda mengatakan, aksi demo anarkis itu, memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian, terutama di wilayah Jabodetabek. “Jika aktivitas sektor jasa terganggu 10 persen saja, selama tiga hari terakhir, maka potensi kerugian ekonomi secara makro mencapai Rp8 triliun hingga Rp9 triliun,” tegasnya.
Ia menegaskan, angka tersebut bukan sekadar hitungan kasar, melainkan cerminan besarnya kontribusi sektor jasa terhadap perekonomian nasional.
Ketergantungan ekonomi Indonesia pada perputaran konsumsi masyarakat membuat dampak demo terasa cepat. Sektor transportasi daring, ritel, pusat perbelanjaan, hingga usaha kecil di sekitar titik aksi mengalami penurunan omzet secara drastis.
“Jika tiga hari dan yang terkena dampak 10 persen saja, maka kerugian bisa mencapai Rp8-9 triliun secara ekonomi makro. Tentu ini adalah kerugian yang diakibatkan inkompetensi pemerintah dalam mengatasi demo dalam tiga hari terakhir,” ujarnya.
Huda memperingatkan, kerugian besar di sektor jasa berpotensi merembet ke sektor lain dan memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025. Melemahnya sektor jasa dinilai bisa menekan daya beli masyarakat serta mengurangi kontribusi pajak, yang menjadi tulang punggung penerimaan negara.
Selain itu, terganggunya sektor jasa juga akan memengaruhi distribusi barang dan menurunkan minat investasi.
“Ekonomi Indonesia akan lebih melambat ketika tidak ada investasi masuk, dunia usaha juga was-was dampak demo makin meluas. Investasi pasti akan berkurang, ketersediaan lapangan kerja akan terbatas,” katanya. (Albert S)