Pada tanggal 10 Dzulhijjah hampir semua umat muslim sedunia mengingat teladannya. Simboliknya ialah wukuf di padang Arafah Saudi Arabia. Kemudian selepas tergelincir matahari berangkat ke Muzdalifah seraya bermalam di Mina.
Episode itu diagendakan dengan wukuf, yaitu berkumpul di padang Arafah, dengan pakaian ihram bewarna putih. Tidak lama kemudian ke Muzdalifan, solat zuhur di Masjid Namirah. Lalu kemudian bermalam di Mina.
Dilanjutkan dengan melempar jumrah di tempat yang telah ditentukan dan selesai. Itulah yang kemudaian dinamakan pelaksanaan haji.
Hal ini diringi dengan sentuhan relegius doa. Yaitu labaik allahuma labaik. Kami memenuhi panggilan Mu. Ya Allah. Allahumma kami memenuhi panggialan Mu. Nabi Mu Ibrahim alaihis salam.
Berkumandanglah doa yang membawa suasana relegius dengan sama berpakaian putih. Sama tidak beda suku, level, kaya dan miskin. Humanisme universal kemanusiaan yang mendunia.
Islam mengajarkan kemakmuran, kemanusiaan, dan pengorbanan disertai kesabaran. Seperti itu yang ditunjukkan Ibrahim dilanjutkan Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Nabi yang terakhir.
Ada empat nilai yang terdapat pada alaihis salam. Yaitu kesabaran, tauhid, pengorbanan dan kebenaran. Jika dituruti akan selamatlah umat manusia.
Kesabaran diimplementasikan dalam kelahiran Ismail As Salam (AS) Nabi Ibrahim sudah tua usianya dan melahirkan anak Siti hajar di tengah pasir tandus yang tidak ada air. Sementara anak kehausan. Kemana air mau dicari dan didapatkan.
Anak bayi Ismail mengentak-hentakkan kakinya di tanah gersang. Munculah dari injakan kaki si kecil kaki Ismail itu air yang kita sebut Zam Zam sekarang ini. Terpenuhilah kebutuhan Ismail dengan tanpa diduga. Alahu akbar yang punya kuasa tertinggi di alam ini.
Nilai yang kedua tauhid mengesakan Tuhan. Nabi Ibrahim pada masyarakatnya yang memiliki banyak patung dianggap sebagai Tuhan. Di Masjidil Haram terdapat patung-patung. Masyarakat harus diajak kepada tauhid dan meninggalkan persembahan pada patung yang jadi Tuhan masyarakat.
Karena Raja Penguasa menghukum Ibrahim dengan memasukkan ke dalam api. Dengan kata lain Ibrahim dihukum dibakar. Selamat. Api menjadi dingin tidak mempan mebakar Ibrahim.
Nilai ketiga adalah pemgorbanan Nabi Ibrahim mendapat perintah menyembelih anaknya Ismail dijadikan korban.
Ismail rela dan Ibrahim melakukanya. Allah Maha Besar mengganti korban dengan seekor kambing. Ismail selamat dan perintah Tuhan pun terlaksana.
Nilai keempat ialah kebenaran. Istiqamah dengan kebenaran yang hanya Allah yang memiliki kebenara. Ini disimbolkan atas diskusi Ibrahim dan anaknya Ismail. Ibrahim sudah tahu perintah itu mengujinya mengorbankan yang paling dicitainya. Anaknya Ismail adalah dicintainya. Tapi kebenaran di atas segala-galanya.
Kalaulah Allah memerintahkan akan dilakukannya. Itulah yang terjadi. Yang benar adalah Allah Yang Maha Kuasa. Kalau ia menghendakinya demikian Al haq minal mumi tarim. Kebenaran datang dari Tuhan. Janganlah ragu.
Empat hal itu ditinggalkan kepada kita umat manusia. Nabi Muhammad adalah penerus empat hal tersebut. Hal yang menyelamatkan dan mensejahterakan. Umat dan alam lingkungan semuanya. Semoga kita termasuk ikut dan menjalankan nilai itu. Semoga!
Jakarta, 7 Juli 2022
*) Penulis adalah Dosen Paskasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr HamKa (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com