Sabtu, November 16, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Fenomena Munafik

Lain di mulut lain di hati…

Profesor Hamka menulis sebuah buku berjudul Bohong di Duina pada puluhan tahun yang lalu. Membentangkan benar tentang kata bohong yang diawali dengan kata kemudian ditulis.

Kata yang keluar dari mulut sering kita namakan adalah ucapan dan kita percaya karena yang benar. Yang lahir dari hati. Maka tak salah kalau kata ucapan kita itu adalah cermin atau gambaran hati.

Ucapan kita identikkan dengan kata, yaitu kata yang benar. Maka popular kata-kata yang dipegang dipercaya kebenarannya.

Namun sekarang terdapat ungkapan lain di mulut dan lain di hati. Bagaimana untuk memahaminya kalau dalam makna semula tidak beda sekarang kok ada beda. Hal itu kita sebut dengan bohong, yaitu lain diucapkan lain sebenarnya atau kenyataan.

Kalau meminjam ungkapan Profesor Syafii Maarif mantan ketua umum pimpinan Pusat Muhammadiyah alamarhum, pecah kongsi antara mulut dan kalbu. Seharusnya jangan sampai terjadi pecah kongsi antara makna kata dengan isi kalbu atau hati.

Diyakini inilah yang membuat kata dimana omongan tak bisa dipegang lagi.

Pada pemikiran Syafii Maarif fenomena pecahnya kongsi antara akal dan kalbu yang dicerminkan oleh lain di mulut lain di hati. Berbahaya terhadap masyarakat dunia. Kita harus menghindarinya.. Demikian Syafii Maarif.

Hoaks merupakan bentuk bohong yang diperkenalkan oleh media. Berita hoaks atau bohong yang tak bisa dipercaya kebenarannya. Bermacam-macam tipe hoaks di media.

Menarik pembicaraan bohong ini karena hoaks jadi permainan yang seru dan dan menarik. Misalnya defenisi bohong dalam tell a lie to get truth dalam bahasa Inggris. Ucapkan bohong untuk mendapatkan kebenaran.

Ucapan hoaks atau bohong dilarang, menjadi disuruh. Mengatakan bohong untuk memeperoleh kebenaran. Misalnya ini berlangsung dalam dunia intelijen. Untuk membuat lawan percaya akan tetapi pada hakikatnya tidak benar.

Mengakhiri artikel ini penulis ingin supaya kita hati-hati dan periksa akan ucapan kita. Menjaga dari hoaks atau bohong. Agar terhidar dari kekacauan karena terlibat bohong. Semoga!

Jakarta, 5 Desember 2022

*) Penulis adalah Doktor Dosen pada Universitas Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles