Jakarta, Demokratis
Festival Budaya Indonesia dan Internasional (Indonesia International Culture Festival) 2023 digelar di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada Kamis (26/10/2023).
Festival Budaya antar Bangsa ini didedikasikan untuk kedamaian di Timur Tengah.
Dengan mengangkat tema “Through The Culture To Become One & Peace For Middle East” diikuti 12 negara dunia seperti Amerika Serikat, Rusia, Zimbabwe, Bulgaria, Iran, Yunani, Bangladesh, India, Srilanka, Korea, Mexico, Filipina dan Indonesia sebagai tuan rumah.
Festival Budaya Indonesia Internasional ini dihadiri oleh Deputi Bidang Produk Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sekaligus Penyelenggara Festival, Vinsensius Jemadu, Vivi Sandra Putri dari Yayasan Warna Budaya Indonesia, Sekjen Asosiasi Wartawan Demokrasi Indonesia (AWDI) Balham Wadja, SH dan undangan lainnya.
Berikut ini sambutan lengkap dari Deputi Bidang Produk Wisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI sekaligus Penyelenggara Festival, Vinsensius Jemadu:
Para hadirin yang saya hormati,
Saya sangat senang melihat begitu banyak hadirin, yang berasal dari berbagai belahan dunia, dalam zona waktu yang berbeda, dan dengan latar belakang budaya dan bahasa yang beragam.
Dalam Acara hari ini merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan saling pengertian di antara orang-orang dan memberikan contoh yang baik tentang keanekaragaman budaya untuk perdamaian dunia.
Saya percaya bahwa dunia adalah hadiah bagi kita dari Tuhan yang menciptakannya seperti buket bunga. Dunia ini diberkati dengan beragam agama, kepercayaan, etnis dan tradisi budaya, masing-masing menarik dengan caranya sendiri.
Ketika disatukan oleh nilai-nilai abadi cinta, kasih sayang, keadilan dan kesetaraan, mereka memberi kita sukacita dan kegembiraan tertinggi
Selama sejarah panjang peradaban manusia, manusia telah mengembangkan budaya dan bahasa yang berbeda.
Budaya adalah jumlah dari pengalaman hidup. Keanekaragaman budaya telah membuat kanvas dunia menjadi hidup dan indah. Namun, karena keserakahan, kemarahan, ketidaktahuan, kesombongan, dan skeptisisme manusia, hati manusia menjadi tidak tenang, dunia menjadi kacau, dan perbedaan budaya semakin memperlebar jarak antar manusia.
Kita perlu menghormati dan menerima satu sama lain sehingga kita dapat membuat semua jenis budaya berkembang dan menciptakan dunia yang lebih berwarna dan harmonis.
Budaya sendiri merupakan sarana untuk mencapai perdamaian dengan cara mengenali dan menghormati budaya tersebut, sebagaimana yang diutarakan oleh Dr. Bukhari Daud, M.Ed., pada seminar di Domus Academica Auditorium, Univ Oslo, Norwegia.
Atau dengan cara mempelajari dan mengamalkannya dengan baik.
Nilai-nilai keanekaragaman budaya melibatkan penghormatan dan penerimaan terhadap budaya yang berbeda. Dengan menggabungkan budaya yang berbeda, kita dapat menyalakan percikan api yang lebih terang yang menginspirasi inovasi dan keunggulan dalam kehidupan, tempat kerja, komunitas, dan dunia.
Hati nuranilah yang memungkinkan kita untuk melihat keindahan keragaman budaya. Hati nurani memungkinkan kita untuk melihat bahwa cinta dan perdamaian dapat menggantikan ketidakpedulian dan konflik. Orang-orang perlu menghormati, menerima dan belajar dari budaya lain sehingga visi satu dunia dapat tercapai.
Hati nurani adalah warisan berharga yang dimiliki oleh seluruh umat manusia, dan budaya hati nurani adalah budaya kolektif umat manusia.
Ada banyak cerita tentang hati nurani diwariskan dari generasi ke generasi di kampung halaman kita, karena hati nurani adalah asal mula peradaban manusia dan memegang kunci keberlanjutan global.
Hadirin yang terhormat,
Mengutip pernyataan Albert Einstein, damai bukanlah sekedar absennya perang, melainkan adanya keadilan, hukum, dan ketertiban, pendek kata adanya pemerintahan yang efektif.
Dilihat dari perspektif perdamaian yang sejati dimana indicator umumnya keadilan sosial, kemiskinan dan kesenjangan sosial menjadi faktor utama pendorong konflik dan tidak adanya perdamaian.
Damai bukanlah semata-mata ketiadaan perang. Damai yang sejati adalah damai yang dinamis, partisipatif dan berjangka panjang.
Ia dapat terwujud manakala nilai-nilai kemanusiaan (budaya) universal yang telah mengakar dan menjalar di segala lini kehidupan praktis; keluarga, sekolah, komunitas, masyarakat dan Negara.
Budaya sebagai aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, rencana-rencana dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang dimiliki oleh manusia akan sangat berperan dan berpengaruh dalam mengelola pergeseran fikiran di antara keragaman budaya masyarakat yang ada dalam menciptakan perdamaian abadi dengan menanamkan pada benak masyarakat – terutama kaum muda – nilai-nilai toleransi dan penghargaan terhadap orang lain, menghilangkan kecurigaan dan permusuhan. Dengan kata lain, membudayakan budaya yang ada menuju budaya damai dan saling percaya serta merubah pola pikir dan pola tindak yang diharapkan datang dari segenap elemen masyarakat.
Sejak 1972, UNESCO memiliki program penting dalam menjawab berbagai tantangan perdamaian dan pembangunan berkelanjutan dunia, yaitu melalui program warisan budaya.
Konsep universal dalam warisan dunia dimaknai dengan rasa memiliki bersama. Suatu warisan bukan hanya milik suatu negara atau bangsa, tapi milik seluruh bangsa di dunia yang akan diturunian dari generasi ke generasi.
Saya berharap dengan pengertian seperti itu, maka tumbuh rasa solidaritas antarbangsa yang menjadi modal utama perdamaian dunia.
Hadirin yang terhormat,
Mari terapkan hati nurani dan cinta kasih kita untuk mempromosikan budaya perdamaian, meningkatkan nilai-nilai keanekaragaman budaya, mendorong kemakmuran global, dan membangun dunia baru yang damai dan bahagia.
Disisi lain Membangun budaya damai adalah melalui pendidikan untuk lebih mengetahui budaya sendiri dan mengetahui budaya lain baik pada lingkup keluarga, sekolah, lingkungan dan media.
Dengan demikian, maka kebudayaan akan memegang peranan penting dalam penciptaan perdamaian dan akan mempengaruhi segala aktifitas dalam menciptakan perdamaian.
Melalui kebudayaan, kita menjadi satu. (RY)