Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Firli Bahuri Sebut Koruptor Berperangai Layaknya Tikus

Jakarta, Demokratis

Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri menyoroti fenomena kaum terpelajar yang justru menjadi koruptor. Mereka dipandang sebagai koruptor dengan perangai seperti tikus yang tidak punya malu, sehingga memakan uang rakyat.

“Berperangai layaknya seekor tikus yang tak memiliki rasa malu, dosa, simpati, apalagi empati saat memakan uang rakyat, untuk memenuhi rasa laparnya yang tak kunjung usai,” ungkap Firli dalam cuitan melalui akun Twitter miliknya, dikutip Sabtu (9/4/2022).

Diungkapkan, tidak sedikit oknum penyelenggara negara serta penegak hukum di Indonesia yang terdidik dengan baik dalam ilmu pengetahuan maupun agama. Meski demikian, Firli menilai mereka tidak sepenuhnya menjiwai nilai ketakwaan. Fenomena tersebut dia pandang cukup ironis.

Hal itu mengingat mereka adalah golongan terpelajar, namun di sisi lain minim bahkan tidak memiliki integritas yang luhur karena senang mengumpulkan harta melalui cara-cara kotor, seperti korupsi. Mereka, seharusnya menjadi sosok teladan di masyarakat, namun kurangnya akhlak menjerumuskan mereka masuk dalam jajaran koruptor.

Bahkan Firli menegaskan, keterlibatan kaum terpelajar dalam pusaran praktik korupsi bukan isapan jempol belaka. Dia menekankan, fenomena tersebut nyata dan benar terjadi saat ini.

“Tak pernah puas dan selalu merasa kurang atas apa yang dimilikinya, para koruptor telah kehilangan sisi-sisi kemanusiaan,” ujar Firli.

“Lihat saja para koruptor yang dicokok KPK dan penegak hukum lainnya, sebagian besar dari mereka menyandang gelar sarjana, S1, S2, S3, bahkan Profesor. Rupanya gelar akademik tidak menjamin,” lanjutnya.

Terkait hal itu, sosok kelahiran November 1963 itu memandang pola pendidikan saat ini lebih banyak mengandalkan pada porsi pengajaran untuk peningkatan akal, jasmani, serta keterampilan. Menurutnya, pola pendidikan tersebut perlu ditambahkan unsur dan nilai antikorupsi sejak dini.

Untuk itu, Firli beranggapan KPK perlu mengusulkan soal desain pendidikan di Indonesia. Tujuannya supaya pendidikan di Indonesia tetap berintegritas melalui pengajaran idealisme yang sarat akan nilai anti korupsi seperti kesederhanaan, kejujuran, serta rasa tanggung jawab tinggi.

“Lalu pendidikan itu dalam jangka panjang bertujuan tidak saja mencerdaskan, tetapi juga untuk membangun karakter kuat bangsa Indonesia sebagai bangsa anti korupsi,” kata Firli. (Albert S)

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles