Kegalauan atau frustasi adalah gejala kejiwaan yang terombang ambing. Tidak menentu kemana mau pergi. Mengikut atau terbawa arus deras kemana mengalir.
Frustasi berpotensi menghaadang. Lantaran final perhitungan pemilihan umum belum tiba. Terjadi galau siapa yang menjadi pemenang.
Kemana angin berembus, kesanalah pohon pimping merunduk. Ungkapan ini berasal dari buku Sosiologi Korupsi karangan intelektual Malaysia terkenaI Nagib Alatas seorang yang
menidentikkan korupsi dengan angin berembus. Mempengaruhi siapa saja.
Dalam istilah ilmu psikologi dinamakan split personality. Kepribadian yang pecah hilang kepribadian biasa. Lalu menjadi kepribadian pasar (market) personality.
Gejala ini berbahaya karena tidak dapat dipercaya. Oportunis menghalalkan segala cara. Dengan cara apa saja untuk mencapai tujuan.
Hal ini dipertegas oleh almarhum Prof Sumantri Guru Besar pada ilmu psiklologi Universitas Padjajaran (Unpad) Bandung bahwa market personality itu adalah kepribadian sakit. Karena tidak dapat dipercaya. Kepribadian yang labil dan tidak mantap.
Demikian konsep psikologi seperti dikatakan menurut Prof Sumantri Guru Besar etika sosial Unpad Bandung. Artinya kepribadian yang market personality itu. Yang sulit dipercaya karena sering berobah-obah menurut keadaan.
Kita ketahui konsep kepribadian sekurang-kurannya terdiri dari faktor tertentu. Antara lain adalah:
Pertama, motivasi atau niat
Kedua, adanya faktor intelekual
Ketiga, adalah behavior bawaan seseorang
Keempat, skill seseorang (ketrampillan)
Kelima, faktor attitude sikap bawaan seseorang
Ini antara lain faktor yang menjadi hal yang mempengaruhi kepribadian yang kita kutip dari personality market.
Konsep ini adalah terkait dengan kepribadain seseorang. Ia akan membuat kepribadian mantap. Kepribadian yang utuh.
Dalam perjalanan politik gejala kepribadian yang mantap atau kepribadian yang utuh ini diperlukan benar adanya. Terutama pemimpin politik harus dapat dipercaya dengan kata lain punya sikap yang jelas. Sehingga orang di belakang yang jadi pendukungnya merasa tentram dan aman.
Kalau dihubungkan dengan pemimpin menurut pendapat kita politik sekarang hal inilah yang jadi problem. Alasannya pemimpin tak jelas kebijakan atau policy-nya. Terjadi kepribadian pemimipin yang tidak utuh.
Dengan demikian kita agaknya pemimpin kita berkepribadian yang utuh. Atau berkepribadian labil atau yang market pesonalty (idak utuh). Hingga pendukung kita pun dapat dengan jelas mendukung.
Terhadap hasil pemilu di mana belum selesai perhitungannya pemilihan umum yang akan diumumkan hasilnya memang belum tahu siapa pemenang. Ini potensial menimbulkan frustasi. Jika saja kepribadiannya tidak utuh.
Hendaknya kegalauan segera hilang. Karena kita masih memerlukan pekerjaan atau progam lain. Semoga!
Jakarta, 3 Maret 2024
*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta