Secara geografis, luas Kabupaten Indramayu 208.000 hektar, yang terdiri dari areal persawahan 108.000 hektar, hutan 43.000 hektar, pertambakan dan perkolaman (empang) 20.000 hektar. 45.000 hektar sisanya terdiri dari lahan perkebunan, pekarangan, pemukiman dan industri, yang panjang garis pantainya sekitar 147 kilometer.
Wilayahnya terdiri dari 31 kecamatan dan 320 desa dan atau kelurahan. Batas batas wilayahnya, sebelah barat dengan Kabupaten Subang. Sebelah selatan dengan Kabupaten Sumedang. Sebelah timur dengan Kabupaten Cirebon, dan sebelah utara dengan laut Jawa. Data Indramayu dalam angka oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2019, bahwa secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada 107° 52′-108° 36′ Bujur timur dan 6° 15′- 6° 40′ Lintang selatan.
Berdasarkan topografinya, sebagian besar merupakan dataran atau daerah landai, dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 – 2 persen. Keadaan ini berpengaruh terhadap drainase, bila curah hujan cukup tinggi, maka di daerah daerah tertentu akan terjadi genangan air. Kabupaten Indramayu terletak di pesisir pantai utara pulau Jawa, garis pantainya melalui 11 kecamatan dengan 36 desa, yang berbatasan langsung dengan lautan sepanjang garis pantainya 147 kilometer.
Letak Kabupaten Indramayu yang membentang sepanjang pesisir pantai utara pulau Jawa, membuat suhu udaranya rata-rata 30° celcius. Diketahui rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2018, adalah sebesar 1.179 milimeter, dengan jumlah hari hujan 76 hari. Adapun curah hujan tertinggi terjadi di Kecamatan Sukra, kurang lebih sebesar 1.833 milimeter. Dengan jumlah hari hujan tercatat 77 hari. Kemudian curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Lohbener, kurang lebih sebesar 607 milimeter, dengan jumlah hari hujan tercatat 86 hari. Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat diketahui jika Indramayu beriklim tropis dan berada di sekitaran pantai, yang merupakan salah satu dataran rendah di pulau Jawa.
Jumlah penduduk di Kabupaten Indramayu sekitar 1,7 juta jiwa (2019), lebih dari 70 persennya, bermata pencarian sebagai petani dan nelayan. Mereka terdiri sebagai pemilik, penggarap dan buruh. 30 persennya bersetatus sebagai pedagang, pegawai negeri, pengrajin dan buruh serabutan. Penduduk berklasifikasi miskin didominasi para buruh, baik buruh tani, buruh nelayan sebagai anak buah kapal (ABK), pembecak dan buruh lainnya.
Permasalahan di bidang kependudukan merupakan isu penting dalam perencanaan, maupun evaluasi dari hasil pembangunan. Berbagai indikator kependudukan dapat digunakan untuk melihat kondisi suatu wilayah. Seperti adanya laju pertumbuhan yang tinggi, atau kepadatan penduduk yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, serta dapat menunjukan tingkat penyebaran penduduk di suatu wilayah, dengan menggunakan indikator lainnya. Dari berbagai indikator tersebut, maka masalah kependudukan di dalam proses pembangunan, dapat diindentifikasi yang mengarah kepada peningkatan atau penurunan Indeks Prestasi Manusia (IPM) dan angka angkatan kerja masyarakat.
Berdasarkan data BPS, bahwa pada akhir tahun 2017, jumlah penduduk Kabupaten Indramayu tercatat 1 709.994 jiwa. Pada akhir tahun 2018, jumlahnya berubah menjadi 1.719.187 jiwa. Ini menunjukan ada kenaikan sebanyak 9.193 jiwa. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Indramayu pada tahun 2017-2018 sebesar 0,54 persen.
Sementara laju pertumbuhan IPM-nya, menurut dari Human Devlopment Report (HDR) pertama di tahun 1990, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan pilihan yang dimiliki oleh manusia. Di antara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan (keterampilan) dan mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan, agar bisa hidup secara layak. IPM mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup.
Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat, pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas, karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir. Selanjutnya, untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator, angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak, digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok, yang dilihat dari rata-rata besarnya pangeluaran per kapita, sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Berikut adalah Tabel Indeks IPM, metode baru berdasarkan data sejak tahun 2010 hingga tahun 2018 untuk Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2010, angka Indeks Prestasi Manusia (IPM) 60.86. Angka Harapan Hidup (AHH) 69.99. Educasion Year School (EYS) atau Harapan Lama Sekolah (HLS) 10.45. MYS atau rata-rata lama sekolah 4.93. Pengeluaran perkapita (PP) 8298.87.
Tahun 2011. IPM 61.47. AHH 70.08. EYS 10.87. MYS 4.93. PP 8355.61.
Tahun 2012. IPM 62.09. AHH 70.17. EYS 11.11. MYS 5.09. PP 8404.05.
Tahun 2013. IPM 62.98. AHH 62.98. EYS 11.36. MYS 5.29. PP 8644.13.
Tahun 2014. IPM 63.55. AHH 70.29. EYS 11.62. MYS 5.45. PP 86.67.53.
Tahun 2015. IPM 64.36. AHH 70.59. EYS 12.09. MYS 5.46. PP 8768.97.
Tahun 2016. IPM 64.78. AHH 70.72. EYS 12.2. MYS 5.56. PP 8866.
Tahun 2017. IPM 65.58. AHH 70.86. EYS 12.21. MYS 5.97. PP 9014.
Tahun 2018. IPM 66.36. AHH 71.11. EYS 12.22. MYS 5.98. PP 9.63.
Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan IPM secara umum di Indramayu meningkat, namun tidak signifikan. Sedangkan IPM dalam bidang perekonomian dan angka kemiskinan 204,2 ribu orang, atau 11,89 persen. Makalah bersambung…
Penulis adalah Ketua Pembina Yayasan Universitas Wiralodra Indramayu