Depok, Demokratis
Jiwa kepemimpinan merupakan salah satu hal yang sangat penting dimiliki setiap orang. Kepemimpinan dipandang sebagai suatu proses interaktif yang dinamis. Kepemimpinan juga mencakup tiga dimensi yaitu pimpinan, bawahan dan situasi.
Pada umumnya, sikap yang harus dimiliki seorang pemimpin yaitu dinamisator dan motivator. Pemimpin juga menjadi figur panutan dan menjadi problem solving dalam organisasi. Seorang yang berjiwa pemimpin juga harus hadir di antara suka, duka, sedih dan gembiranya rakyat.
Ketua GM FKPPI Depok Dhika menjabarkan, ada beberapa gaya kepemimpinan yakni, demokrasi, otoriter (otokratik), partisipatif, bebas tindak (laisser-faire). Selain itu, ada lima praktek mendasar pemimpin yang memiliki kualitas kepemimpinan unggul, yakni pemimpin yang menantang proses. Memberikan inspirasi wawasan bersama. Memungkinkan orang lain dapat bertindak dan berpartisipasi. Mampu menjadi penunjuk arah/langkah dan memotivasi bawahannya.
“Seorang pemimpin itu harus mampu menjadi motivator dan mengajak orang lain untuk bertindak serta menjadi figur panutan,” ujar Dhika.
Lebih jauh Dhika mengatakan, ada 10 kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin. Pertama, tentukan dan jelaskan misi, kenali gaya kepemimpinan, bedakan kepemimpinan dan manajemen, pelajari dan taati aturan, jaga kepercayaan kolega, pahami aturan kekuasaan, buat program kaderisasi kepemimpinan dan jaga keseimbangan hidup dan paling penting seorang pemimpin harus bertindak seperti seorang pemimpin.
“Hal yang perlu diingat seorang pemimpin adalah, apakah bisa menerima kritikan? Apakah pemimpin itu terlalu suka mencela orang lain? Jika terjadi ketidakberesan, apakah pemimpin menyalahkan semua orang kecuali dirinya sendiri? dan seorang pemimpin jangan berprasangka buruk,” paparnya.
Dhika juga memaparkan bahwa dibutuhkan keterlibatan atau peran seorang pemuda untuk berkontribusi dalam membangun bangsa di era sekarang yang dimana permasalahan bangsa jauh lebih kompleks.
“Menurut saya, pemuda di era kekinian harus bisa ikut berperan dalam bidang olahraga untuk membangkitkan keinginan para pemuda untuk sehat jasmaninya. Di samping itu, para pemuda Indonesia harus bisa belajar menangani isu nasional seperti mulai dari ancaman kelaparan (cadangan pangan nasional). Kolaboraksi (kolaborasi dan aksi nyata). Terlibat dalam pengembangan riset dan teknologi informasi. Perkembangan dunia kesehatan (farmasi) dan yang menjadi sorotan ialah kewirausahaan sosial (mencetak lapangan kerja baru),” katanya.
“Peran pemuda ini sangat sentral dalam pembangunan nasional. Apalagi menjelang puncak bonus demografi tahun 2030. pemuda bisa sangat menentukan keberlanjutan pembangunan ekonomi bangsa,” sambungnya.
Untuk menghadapi tantangan zaman kedepan, tambah Dhika, perlu upaya agar jiwa kepemimpinan serta peran pemuda dalam mengisi pembangunan bangsa ini dengan menyiapkan beberapa langkah, seperti mengembangkan kewirausahaan sosial (social entrepreneurship).
“Misalnya menjalankan usaha (apa saja), tidak rugi dan merugikan orang lain. Kemudian mengembangkan modal sosial (kejujuran dan jaringan silaturahmi) yang ada dalam masyarakat dan peduli pada manusia dan lingkungannya,” pungkasnya. (Tholib)