Induk perusahaan Google, Alphabet mengumumkan telah menutup layanan Google Translate di China, dengan alasan tidak ada lagi yang menggunakan layanan tersebut.
Langkah ini menandai akhir dari salah satu produk terakhir Google yang tersisa di negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
“Kami menghentikan Google Translate di China daratan karena penggunaan yang rendah,” kata Google dalam sebuah pernyataan.
Tetapi, pada Agustus lalu tercatat, situs web Google Translate China memiliki 53,5 juta kunjungan dari gabungan pengguna desktop dan seluler, menurut data pada platform analisis web Similarweb.
Langkah untuk menghentikan Google Translate di negara tersebut mencerminkan sejarah kompleks raksasa teknologi Amerika Serikat (AS) dengan pemerintah China.
Aplikasi ini tidak dapat diakses oleh pengguna China sejak Sabtu, 1 Oktober. Mereka telah dialihkan ke bilah pencarian umum, dengan pemberitahuan yang meminta pengguna untuk mengunjungi halaman web layanan Hong Kong, yang juga tidak dapat diakses di negara itu.
Fungsi terjemahan bawaan pada browser Google Chrome juga menjadi tidak tersedia di negara tersebut.
Sebenarnya sejumlah perusahaan teknologi China menyediakan berbagai layanan terjemahan, dan aplikasi Google Translate pun memiliki basis pengguna yang besar di negara tersebut.
Melansir CNBC Internasional, Selasa, 4 Oktober, Google memang memiliki hubungan yang penuh dengan pasar China. Raksasa teknologi AS itu menarik mesin pencarinya dari China pada 2010 karena sensor ketat pemerintah secara online.
Layanan lainnya, seperti Google Maps dan Gmail juga diblokir oleh pemerintah China. Akibatnya, pesaing lokal seperti mesin pencari Baidu dan media sosial dan raksasa gim Tencent telah mendominasi internet China di berbagai bidang mulai dari pencarian hingga terjemahan.
Pada 2018, Google menjajaki masuk kembali ke China dengan mesin pencarinya, tetapi akhirnya membatalkan proyek itu setelah mendapat reaksi keras dari karyawan dan politisi.
Google memiliki kehadiran yang sangat terbatas di China akhir-akhir ini. Beberapa perangkat kerasnya termasuk smartphone dibuat di China. Namun, The New York Times melaporkan bulan lalu bahwa Google telah mengalihkan beberapa produksi smartphone Pixel-nya ke Vietnam. (Rio)