Tapteng, Demokratis
Setelah sempat mencapai level Rp 12 ribu per kg, harga karet alam kembali mengalami penurunan. Di pekan Simanosor, Kecamatan Sibabangun, harga getah beku pohon havea ini dibandrol Rp 11 ribu per kg. Walau hanya mengalami penurunan Rp 1.000 per kg, petani karet yang ada di daerah tersebut mulai resah. Mereka khawatir harga karet alam akan kembali turun secara perlahan-lahan hingga mencapai level terendah, seperti tahun-tahun belakangan.
Harga karet yang sempat menembus level Rp 12 ribu per kg hanya bertahan hitungan minggu, menjadi alasan di tengah-tengah kekhawatiran. Harapan harga akan kembali naik atau setidaknya bisa bertahan, pupus. Sempat bernafas lega, petani karet hanya bisa pasrah saat getah hasil sadapannya dibandrol dengan penurunan harga yang mencapai 9 persen.
“Minggu lalu harga karet masih dihargai Rp 12 ribu per kg, namun kini hanya Rp 11 per kg. Kita takut harga ini akan kembali turun pada minggu-minggu yang akan datang,” keluh Y Zebua (45), saat menjual hasil sadapannya di pekan Simanosor, Rabu (31/3/2021).
Menurutnya jika hal ini terus menerus berlangsung, tidak mustahil para petani karet yang sudah mulai bersemangat, kembali banting stir menjadi pekerja bangunan ataupun pekerjaan lainnya, yang dinilai mampu untuk menutupi kebutuhan-kebutuhan pokok rumah tangga.
“Kami tidak tahu persis kenapa harga karet turun. Baru beberapa minggu ini kami bisa bernafas lega. Padahal hanya dengan mendereslah satu-satunya mata pencaharian warga untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari,” timpal Zebua, sembari megharapkan pemerintah terkait dapat memberlakukan suatu aturan tentang harga dasar karet mentah di Kabupaten Tapanuli Tengah.
Sementara itu, Batubara (40), salah seorang toke getah di pekan Simanosor membenarkan harga karet mengalami penurunan. Di samping turunnya kadar akibat intensitas hujan yang lumayan tinggi beberapa hari belakangan, penurunan harga juga merupakan kebijakan pihak pabrik penampung.
“Jika musim penghujan, kadar getah yang dihasilkan oleh pohon karet tersebut sangat rendah. Namun yang pasti penurunan harga ini berasal dari pihak pabrik penampung,” terangnya.
Ia juga tidak menampik, masa pengeringan yang membutuhkan waktu dan membuat berat getah menyusut menjadi pertimbangan tersendiri saat membeli getah dari petani. Nilai kesusustan harus betul-betul diperhitungkan.
“Harga standar yang berlaku dipengaruhi oleh nilai permintaan dari pabrik. Jika harga di pabrik turun kita juga terpaksa menurunkan harga beli sesuai notering yang dikeluarkan pihak pabrik,” tandasnya. (MH)