Kabupaten Karo, Demokratis
Meroketnya harga jual biji kopi membuat sejumlah petani di Kabupaten Karo kembali ingin menanam kopi di lahan perkebunan mereka. Sebelumnya, sejumlah petani kopi sudah mulai menebang pohon kopi mereka dengan menggantinya dengan komoditas pertanian lainnya.
Musilm lalu, harga gabah kopi hanya berkisaran Rp17.000/kg sehingga membuat para petani memaksa beralih menanam komoditi lainnya seperti wortel dan kentang karena harga penjualan tidak sesuai dengan biaya produksi yang dikeluarkan.
Menurut data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karo akibat rendahnya harga jual gabah kopi membuat hampir 1.000 ha luas lahan pertanian kopi di Tanah Karo telah dialihkan ke tanaman lainnya.
Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Karo Hendriawan Girsang mengatakan, sebelumnya pihaknya sudah mengimbau agar petani kopi tidak langsung mengganti tanaman kopinya dengan tanaman lainnya, namun cukup dilakukan dengan peremajaan saja.
“Sebenarnya sudah kita sampaikan melalui PPL agar tidak menebang atau membongkar pohon kopi saat pandemi ini, sebaiknya diremajakan saja, namun beberapa petani kopi membongkar (mengganti) dengan tanaman lain, dulu kita salurkan bantuan berupa bibit tanaman kopi,” katanya saat ditemui di ruangannya, baru-baru ini.
Selain itu, Hendriawan juga meminta agar kedepan para petani kopi yang tergabung dalam kelompok tani (poktan) dapat terus mempertahankan pertanian kopi mereka dan melakukan trobosan serta inovasi sehingga dapat menjadi salah satu komoditas unggulan dari Tanah Karo.
“Kedepannya kita minta agar petani kopi melalui kelompok tani agar lebih aktif bekerja sama dalam kelompok dan dapat menggali potensi dalam poktan,” tuturnya.
Menurutnya, untuk mempermudah produksi sehingga petani tidak hanya menjual gabah kopi saja agar dapat menambah nilai ekonomi pihak Dinas Pertanian Kabupaten Karo juga telah memberikan dukungan dengan menyerahkan bantuan alat produksi kopi kepada sejumlah poktan di Kabupaten Karo.
“Sekarang kita sudah salurkan bantuan alat produksi kopi ke beberapa poktan di Kabupaten Karo untuk dapat memproduksi bahan setengah jadi dan barang jadi dari bahan baku buah kopi (ceri),” pungkasnya.
Sementara itu, salah seorang petani di Desa Tanjung Barus berharap dapat menanam kopi unggulan di ladangnya di seputaran lereng Gunung Barus Desa Tanjung Barus mengingat harga jual kopi yang harganya melonjak tinggi.
“Sekarang gabah kopi di angka Rp33.000/kg, wajarlah kita mau tanam, pak. Ladang kita jauh dari desa dekat hutan lindung. Kalau tanam-tanaman lain banyak musuhnya hewan liar seperti monyet dan babi hutan,” kata N. Barus.
Selain itu, petani juga berharap agar bisa mendapatkan dukungan dari pemerintah maupun swasta untuk mengelola lahan pertanian yang tertidur sehingga tidak terbengkalai begitu saja akibat tidak adanya dukungan permodalan. (Agul S)