Karawang, Demokratis
Hasil panen gaduh (kedua) tahun ini di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, cukup menggembirakan dan memuaskan para petani karena hasil panen mengalami peningkatan mencapai 6 hingga 7 ton per hektar.
Hal ini berbeda dengan panen pertama yang mengalami penurunan drastis sehingga hanya menghasilkan beberapa ton per hektar saja. Hal tersebut terjadi karena musim kemarau yang berkepanjangan, dan juga hama serta tikus yang merusak tanaman padi para petani.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Pangan Karawang, Drs. Rohman, M.Si, ketika dikonfirmasi, membenarkan bahwa hasil panen pertama sangat memprihatinkan, para petani hanya bisa menghasilkan 4-5 ton per hektar.
“Hal itu disebabkan musim kemarau yang berkepanjangan hingga bulan September 2024 lalu. Namun panen gaduh kedua, bisa dikatakan memuaskan karena hasil panen gaduh tersebut menghasilkan 7 hingga 8 ton setiap hektarnya,” ungkap Drs. Rohman, M.Si mantan Kadinkop Karawang itu.
Menurut Rohman, adapun panen padi yang sudah berlangsung adalah wilayah Jayakerta, Pedes, Cibuaya, Kutawaluya, Pakisjaya, Kecamatan Tirtajay, dan Tempuran.
“Sebelumnya terjadi gagal panen akibat kemarau panjang sehingga sawah mengalami kekeringan pihak Kementerian Pertanian dan Pemkab Karawang memberikan bantuan kepada petani alat mesin pompa air sebanyak 160 unit, juga memperbaiki irigasi tersier sikunder,” ungkapnya seraya menambahkan bahwa pihak pemerintah juga memberikan asuransi untuk pemilik sawah seluas dua hektar.
Dalam kesempatan itu, Drs. Rohman, juga menyoroti banyaknya kerusakan-kerusakan irigasi yang diduga dilakukan pengembang pergudangan dan perumahan, seperti di Kelurahan Tunggakjati, Karawang.
“Kami segera melakukan pemeriksaan kerusakan irigasi itu. Kami pantau ke lapangan,” tegasnya. (Juanda Sipahutar)