Oleh Prof. Dr. H. Asasriwarni, MH
Syekh Abdul Kadir Al Jaelany berkata:
“Apabila engkau bertemu dengan seseorang, hendaklah engkau memandangnya lebih utama daripada kamu, dan engkau mengatakan, “Mungkin dia lebih baik di sisi Allah daripada aku, dan lebih tinggi derajatnya.”
Apabila melihat anak kecil,
Hendaklah engkau mengatakan,
“Orang ini tidak berbuat dosa kepada Allah sedangkan aku telah berbuat dosa, maka tidak ragu lagi bahwa dia lebih baik daripada aku.”
Apabila yang kau lihat itu lebih tua,
Hendaklah engkau mengatakan,
“Orang ini telah banyak beribadah kepada Allah sebelum aku.”
Apabila yang engkau lihat seorang alim (kiai),
Hendaklah engkau mengatakan,
“Orang ini telah diberi sesuatu (anugerah) yang belum aku dapatkan dan ia telah mengetahui apa yang belum kuketahui serta telah mengamalkan ilmunya.”
Apabila orang yang engkau lihat itu bodoh,
Hendaklah engkau mengatakan,
“Orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sementara aku berbuat dosa padahal aku berilmu. Aku tidak tahu dengan apa aku diakhiri atau dengan apakah dia diakhiri (kehidupannya) Husnul khotimah atau Su’ul khotimah.”
Apabila orang yang engkau lihat itu kafir,
Hendaklah engkau mengatakan,
“Aku tidak tahu, mungkin aku menjadi kafir sehingga aku berakhir dengan amal yang jelek.”
(Nashaaihul ‘Ibad Sh:12)
Semoga kita selalu mendapat pertolongan untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Aamiin.
Penulis Guru Besar UIN IB Padang/Ketua Dewan Pertimbangan MUI Sumbar/Anggota Wantim MUI Pusat/Penasehat ICMI Sumbar/A’wan PB NU
