Jumat, Juni 27, 2025

Implementasi Makna Haji dan Qurban Dalam Kehidupan Bermasyarakat

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ الْحَمْدُ.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَلَكَ نُصَلِّى وَنَسْجُدُ وَإِلَيْكَ نَسْعَى وَنَحْفِدُ، نَرْجُوْ رَحْمَتَكَ وَنَخْشَى عَذَابَكَ إِنَّ عَذَابَكَ الْجِدَّ بِالْكُفَّارِ مُلْحَقٌ. أَشْهَدُ ألاَّ إِلَهَ إِلاًّ أنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ وأَشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ. اللهم صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى مَنْ سَنَّ بِقَوْلِهِ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ حَرَامٌ عَلَيْكُمْ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا فِي بَلَدِكُمْ هَذَا أَلاًَ كُلُّ شَيْءٍ مِنْ أَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ تَحْتَ قَدَمَيَّ مَوْضُـوعٌ »، وَعَلىَ آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَمَنْ وَالاَهُ..

أما بعد، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتَهِ كَمَا جَاءَ فِيْ قَوْلِهِ: ]أيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ [ ،

Ma’âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh

Segenap puja dan puji marilah kita peruntukkan hanya kepada Allah SWT., Zat Yang Maha Agung lagi Mulia. Seluruh hidup dan kehidupan kita serta alam semesta berada dalam genggaman-Nya Yang Maha Rahman lagi Maha Rahim.

Salawat dan salam  kita mohonkan kepada Allah semoga disampaikan kepada arwah Nabi Besar Muhammad SAW., seorang manusia mulia pilihan Allah, yang telah mengorbankan segenap hidupnya untuk menegakkan kalimat Laa Ilahailallah permukaan bumi ini.

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Ma’âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh

Semenjak fajar muncul di ufuk timur pagi ini sampai terbenamnya Matahari tanggal 13 Zulhijjah nanti, yang dikenal dengan hari tasyrik, kaum muslimin di seluruh penjuru bumi berada dalam suasana Idul Adha. Kita tahun ini berbeda dengan Arab Saudi Sesuai dengan pengumuman Pemerintah tanggal 29 Zulkaidah 1444 H jam 20.00 WIB yang disampaikan Wakil Menteri Agama RI bahwa Pemerintah menetapkan 1 Zulhijjah dengan dua metode yang pertama dengan Hisab yang kedua melalui Rukyah. Maka pelaksanaan Rukyah tahun ini dilakukan 123 titik yang tersebar di 34 Propinsi di Indonesia  yg dilakukan ketika matahari terbenam ternyata dari 123 titik tersebut termasuk kita di Sumatera Barat bertempat dilantai 4 Gedung Budaya Sumbar tidak satupun terlihat. Maka sidang isbat tanggal 29 Zulkaidah 1444 H yang lalu dihadiri oleh  organisasi Islam Duta Besar Negara Sahabat RI, Badan Riset Inovasi Nasional, Ahli Falak dari Angkatan Laut, ITB dan BMKG, menetapkan 1 Zulhijjah jatuh pada hari Jumat bertepatan 1 Juli 2022 maka 10 Zulhijjah jatuh pada hari Minggu tanggal 10 Juli 2022 berarti Idul Adha jatuh pada hari Minggu 10 Juli 2022 yang kita laksanakan hari ini. Empat jam setelah melakukan Rukyah di Indonesia ternyata di Arab Saudi sudah terlihat hilal maka Arab Saudi ber hari raya di hari sabtu kemarin karena matla (terbit matahari) berbeda dengan Arab Saudi, matla kita yang sama adalah empat Negara Malaysia, Brunei, Indonesia dan Singapura yang dikenal dengan MABIMS.

Sama-sama mengagungkan asma Ilahi, dengan Takbir, Tahlil dan Tahmid.

Kalimat suci itu menggema, menyentuh kalbu, membuat jiwa orang yang beriman tunduk, merunduk khusyuk, merasakan kebesaran Allah.

Alhamdulillah tahun ini jamaah Haji Indonesia sudah dapat berangkat.

Ma’âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh jamaah Idul Adha yang berbahagia

Ibadah haji dan qurban selalu mengingatkan kita kepada peristiwa-peristiwa tertentu yang pernah dialami Nabi Ibrahim dan keluarga; Siti Hajar dan Nabi Ismail. Sebagai ‘Bapak’ dari agama-agama monotheisme, Nabi Ibrahim dan keluarga beliau telah menunjukkan tauladan yang terbaik bagi umat manusia.

Pertama; untuk menegakkan kalimat tauhid, beliau harus berhadapan langsung dengan ayah kandungnya Azar, seorang pembuat patung yang musyrik. Kemudian beliau juga harus berhadapan dengan raja Namrud, yang mengaku sebagai Tuhan, Ibrahim divonis, dibakar hidup-hidup. Namun Allah menyelamatkan beliau ;

قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Artinya: ”Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim”. (sehelai bulu pun tidak disentuh oleh api tersebut)

Hadirin yang mulia, peristiwa tersebut menjadi itibar bagi kita untuk mempertahankan aqidah adalah suatu kewajiban setiap pribadi yang tidak bisa ditawar-tawar. Tidak dengan harta, jabatan dan segala macam yang berbentuk materi, tidak pula dengan orangtua dan anak belahan jiwa. Perjuangan dalam memelihara dan memegang teguh keyakinan kepada Allah, sehingga tidak dicemari dengan perbuatan yang tidak diredhai-Nya,  itulah yang disebut dengan sikap istiqamah. Sikap teguh, laksana batu karang di ujung pulau, dihempas ombak dan gelombang, bertambah kuat hempasan ombak, bertambah kokoh karangnya. Bagaikan pohon di tengah padang, diterpa angin dan badai setiap saat, terhoyong ke kiri dan ke kanan, makin terhunjam akarnya ke petala bumi.

Kedua : Pergumulan batin yang amat berat dialami Nabi Ibrahim adalah ketika menerima perintah untuk menyemblih anaknya, Ismail as. Darah daging si buah hati, yang ditunggu kelahirannya selama delapan puluh tahun lebih, anak yang baru berusia remaja awal, pintar dan menggemaskan. Milik yang paling berharga bagi seorang Bapak dan Ibu. Namun demikian, atas dasar iman kepada Allah, Ibrahim as. melaksanakan perintah itu dengan ikhlas, setelah dapat mengalahkan godaan syetan, baik Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail kemudian melemparnya. Ini pula yang dijadikan jamaah haji untuk melempar Jumrah di Mina, Aqabah ula dan Wustha yang setan itu tetap menggoda kita sampai kapan pun. Dengan   penuh kasih  sayang Ibrahim berkata kepada anaknya:

رَبِّ هَبْ لِى مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ

فَبَشَّرْنَٰهُ بِغُلَٰمٍ حَلِيمٍ

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ ٱلسَّعْىَ قَالَ يَٰبُنَىَّ إِنِّىٓ أَرَىٰ فِى ٱلْمَنَامِ أَنِّىٓ أَذْبَحُكَ فَٱنظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَٰٓأَبَتِ ٱفْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِىٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰبِرِينَ

فَلَمَّآ أَسْلَمَا وَتَلَّهُۥ لِلْجَبِينِ

وَنَٰدَيْنَٰهُ أَن يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ

قَدْ صَدَّقْتَ ٱلرُّءْيَآ ۚ إِنَّا كَذَٰلِكَ نَجْزِى ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: Ya Tuhanku, anugrahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang saleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan kami panggillah dia: “Hai Ibrahim..! Sesungguhnya kamu Telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Q.S {37} : 100 -105)

Allâhu Akbar 3X, WaliLlâhil hamd

Keta’atan Ibrahim as kepada Allah dengan bersedia menyemblih anaknya, sungguh merupakan pelajaran yang sangat berharga bagi umat Islam. Siapakah manusia di muka bumi ini yang tidak butuh harta, jabatan, kekuasaan, kehormatan,  anak dan segala macam yang mendatangkan kesenangan? Akan tetapi semua itu, sekali-kali tidak boleh menjadikan kita jauh dari keredhaan Allah. Justru sebaliknya, harta, jabatan, kekuasaan, ilmu dan juga anak, adalah amanah harus kita kondisikan agar menjadikan kita makin mulia dihadapan Allah SWT. Oleh karena itu, kalau kita ingin mendapatkan posisi yang mulia disisi Allah selayaknya kita mengikuti jejak langkah Ibrahim as yang dilanjutkan Rasulullah SAW yakni mengokohkan, ilmu dan iman sehingga memancarkan amal shaleh yang tidak henti-hentinya. Wujud dari penghayatan iman kepada Allah niscaya akan membuahkan ibadah, dan akhirnya ibadah akan melahirkan akhlakul karimah (akhlak yang baik dalam kehidupan) dan manjadikan manusia mulia disisi Allah. Sebagaimana firmankan Allah yang berbunyi:

وَإِذِ ٱبْتَلَىٰٓ إِبْرَٰهِۦمَ رَبُّهُۥ بِكَلِمَٰتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّى جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِن ذُرِّيَّتِى ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِى ٱلظَّٰلِمِينَ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”. Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”.  Allah berfirman: “Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim”. (Q.S {2) : 124)

Ma’âsyira al-Muslimîn Ra himakumullâh

Seluruh rangkai ibadah haji dan qurban pada satu sisi adalah napak tilas dari perjuangan dan ketaatan Ibrahim bersama keluarganya dalam mematuhi perintah Allah. Ibadah haji tidak hanya sekedar ritual yang sakral, namun ia juga memiliki makna-makna simbolis yang semestinya diimplementasikan dalam aktiftas hidup umat Islam sehari-hari. Begitulah hidup kita semua secara pribadi maupun bermasyarakat, harus selalu bergerak dinamis secara positif. Berupaya mengembangkan segenap potensi diri dan alam lingkungan sesuai dengan nilai-nilai yang Allah redhai agar terwujud negeri yang aman, damai dan sejahtera.

Hanya berjalan di atas ketentuan-ketentuan yang diridhai Allah-lah manusia menemukan jalan kebaikan dan kebahagian dunia dan akhirat. Sebaliknya, ketika seorang melanggar aturan-aturan yang telah digariskan oleh Allah. Niscaya ia akan menemukan kesesatan, kerusakan dan kehancuran dalam hidupnya. Orang  yang lalai dan gagal mengembangkan rahmat Allah secara positif pasti akan digilas perubahan sebagai hukum alam yang telah ditetapkan Allah.

Oleh sebab itu kesadaran dan komitmen bersama untuk berpikir dan bertindak positif secara maksimal berdasarkan nilai-nilai religius, adalah sebuah kemestian dalam upaya mewujudkan kehidupan yang lebih maju, sejahtera dan penuh kedamaian.

Sudah saatnya kita semua, setiap ilmuan, generasi muda, para orang tua dan seluruh element masyarakat, pemerintah menuju arah yang sama untuk kepentingan bersama. Sebagaimana kebersamaan jama’ah yang sedang thawaf, dengan pakaian yang sama dan juga arah yang sama. Seperti yang dicontohkan Rasulullah bersama para sahabat saat membangun pondasi kehidupan umat. Hanya dengan kebersamaan manusia dapat membangun kekuatan yang tidak akan pernah terkalahkan oleh kemungkaran. Hanya dengan kebersamaan pekerjaan besar dapat diselesaikan. Sebagaimana dicontohkan Ibrahim sebagai generasi tua (senior), Ismail generasi muda dan Siti Hajar mewakili kaum wanita.

Ibadah Sai, berlari antara Shafa (sungguh-sungguh) dan Marwa (penghargaan) menggambarkan usaha keras Siti Hajar untuk mendapatkan seteguk air bagi Ismail yang masih kecil dan kehausan.  Hal ini memberikan makna bahwa hanya usaha yang sungguh-sungguh untuk menegakkan amar ma’ruf nahi munkar,  yang didorong rasa kasih sayang yang akan berbuah kemaslahatan yang dapat dinikmati banyak orang. Dalam kaitan ini upaya mewujudkan keamanan, ketertiban, keadilan, kesejahteraan dan penerapan berbagai peraturan dalam hidup bernegara dan bermasyarakat, oleh pihak-pihak yang berwenang semestinya dilakukan secara sungguh-sungguh dengan ketulusan hati, sekaligus terwujud kepastian dan fungsi hukum. Tegas, tetapi tetap syarat dengan pendekatan kemanusiaan.

Seperti upaya memerangi narkoba, judi, tawuran, korupsi dan penyakit masyarakat lainnya yang hari ini terjadi di tengah-tengah masyarakat kita. Sebuah fakta yang memilukan, penegak hukum yang melakukan pelanggaran hukum..! ini merupakan bencana besar bagi pelaku penegak hukum di Indonesia. Rasulullah SAW bersabda kepada penegak hukum; Jika anda berpergian dengan jalan kaki dalam keadaan hujan, lalu anda ditawari payung oleh seseorang, sementara orang yang meminjamkan payung tersebut terkait kasusnya dengan tugas anda sebagai penegak hukum. Kata Rasul, tolak tawarannya, biar anda basah kuyup dari pada mempengaruhi keputusan anda padanya.

Marilah kita menoleh kepada negeri kita ini. Dalam hal ini, kita kutip doa Ibrahim:

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِۦمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَٱرْزُقْ أَهْلَهُۥ مِنَ ٱلثَّمَرَٰتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُم بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ قَالَ وَمَن كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُۥ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُۥٓ إِلَىٰ عَذَابِ ٱلنَّارِ ۖ وَبِئْسَ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: “Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, Kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan Itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (Q.S {2}: 126)

Negeri kita di Mahat ini perlu kita galakan sholat berjamaah setiap waktu, pada dasarnya sholat berjamaah bukanlah termasuk dalam syarat syahnya sholat, sehingga apabila sholat dikerjakan sendirian sholat tersebut akan tetap sah. Berikut ini keutamaan dari sholat berjamaah:

Allah SWT akan melipatgandakan pahala bagi mereka yang melaksanakan sholat secara berjamaah.

Rosulullah SAW bersabda :

صَلَاةُ الرَّجُلِ فِي الْجَمَاعَةِ تُضَعَّفُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَفِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ ضِعْفًا وَذَلِكَ أَنَّهُ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الْمَسْجِدِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا الصَّلَاةُ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رُفِعَتْ لَهُ بِهَا دَرَجَةٌ وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيئَةٌ فَإِذَا صَلَّى لَمْ تَزَلْ الْمَلَائِكَةُ تُصَلِّي عَلَيْهِ مَا دَامَ فِي مُصَلَّاهُ اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ وَلَا يَزَالُ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاةٍ مَا انْتَظَرَ الصَّلَاةَ

Artinya : “Shalat seorang laki-laki dengan berjamaah dibanding shalatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan dua puluh lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudlu dengan menyempurnakan wudlunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan shalat berjamaah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan shalat, maka Malaikat akan turun untuk mendoakannya selama dia masih berada di tempat shalatnya, Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan shalat selama dia menanti pelaksanaan shalat.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)”

Mereka akan terhindar dari gangguan syaitan

Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah SAW:

مَا مِنْ ثَلَاثَةٍ فِي قَرْيَةٍ وَلَا بَدْوٍ لَا تُقَامُ فِيهِمْ الصَّلَاةُ إِلَّا قَدْ اسْتَحْوَذَ عَلَيْهِمْ الشَّيْطَانُ فَعَلَيْكَ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّمَا يَأْكُلُ الذِّئْبُ الْقَاصِيَةَ

Artinya : “Tidaklah tiga orang di suatu desa atau lembah yang tidak didirikan shalat berjamaah di lingkungan mereka, melainkan setan telah menguasai mereka. Karena itu tetaplah kalian (shalat) berjamaah, karena sesungguhnya srigala itu hanya akan menerkam kambing yang sendirian (jauh dari kawan-kawannya).” (HR. Abu Daud dan  An-Nasai)

Allah SWT akan menaunginya di hari kiamat kelak.

Rosulullah SAW bersabda:

“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Rabb-nya, seseorang yang hatinya bergantung di masjid-masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang dinginkan (berzina) oleh wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, maka ia mengatakan, Sesungguhnya aku takut kepada Allah,seseorang yang bersadaqah dengan sembunyi-sembunyi sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang di nafkahkan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang mengingat Allah dalam keadaan sepi (sendiri) lalu kedua matanya berlinang.” (HR. Bukhari dan Muslim”)

Allah SWT akan menghapuskan kesalahan-kesalahan bagi mereka yang sholat berjamaah serta akan meninggikan derajat mereka.

Rosulullah SAW bersabda:

“Maukah aku tunjukkan kepada kalian tentang perkara yang akan menghapuskan kesalahan-kesalahan dan juga mengangkat beberapa derajat?” Para sahabat menjawab,”Tentu, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda,”Menyempurnakan wudhu pada saat yang tidak disukai, banyak melangkah ke masjid-masjid, dan menunggu shalat setelah melaksanakan shalat. Maka, itulah ar-tibath (berjuang di jalan Allah).” (HR. Muslim)

Allah SWT menjanjikan surga bagi mereka yang sholat secara berjamaah,

Rosulullah SAW bersabda:

“Ada tiga golongan yang semuanya dijamin oleh Allah Taala, yaitu orang yang keluar untuk berperang di jalan Allah, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalu memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala dan ghanimah, kemudian orang yang pergi ke masjid, maka ia dijamin oleh Allah hingga Dia mewafatkannya lalau memasukkannya ke dalam Surga atau mengembalikannya dengan membawa pahala, dan orang yang masuk rumahnya dengan mengucapkan salam, maka ia dijamin oleh Allah.” (HR. Abu Dawud)

Bagi mereka yang melaksanakan sholat berjamaah di masjid merupakan tamu Allah Swt, dan Allah Swt akan selalu memuliakan tamu-tamu-Nya.

Sholat berjamaah dapat menghindarkan seseorang dari sifat nifak.

Seiring dengan itu, dunia ini termasuk Kota Bukitinggi akan terasa indah jika kita memiliki kesadaran yang tinggi dalam menjalankan syariat Islam, sebagaimana Nabi bersabda:

الدنيا بستان  تزينت بخمسة  اشياء  علم العلماء وعدل الامراء و عبادة العباد و امانة التجار و نصيحة المحترفين

Artinya:  “Dunia ini ibarat  sebuah taman, yang dihiasi dengan lima hiasan kehidupan , yaitu Ilmunya ‘ulama, adilnya para pemimpin, ibadahnya umat manusia sebagai hamba Allah, amanahnya para pedagang, dan disiplinnya para karyawan”. Dalam riwayat lain dijelaskan juga dermawannya para orang kaya.

Alangkah indahnya tamsilan yang disampaikan Rasulullah SAW ini, lima kelompok kualitas manusia ini jika dikembangkan di tanah air Indonesia ini, maka akan menjadikan negeri ini aman dan tentram, rakyatnya hidup damai dan sejahtera;

  1. Ilmunya Para Ulama/cendikiawan

Dalam Islam, seseorang disamping menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) harus diiringi dengan  iman dan taqwa (IMTAK). Sebab dengan hanya ilmu  pengetahuan saja, seseorang dapat menjadi bebas hingga membuat dia sesat, namun ilmu pengetahuan yang diiringi dengan iman dan taqwa, akan bermanfaat baik bagi dirinya maupun bagi orang lain.

Ilmu adalah kekuatan, yang dengan kekuatan itu kita dapat menguasai dunia.  Lihatlah negara-negara yang telah memiliki teknologi tinggi, seperti : Amerika, Jepang, Jerman, dan lain-lain. Karena mereka menguasai ilmu dan teknologi, mereka dapat menguasai dunia. Hal ini seperti kata orang Barat, “Knowledge  is a power “, artinya “ Ilmu pengetahuan adalah kekuatan.” Guna kita menuntut ilmu agar pandai, agar tak bisa ditipu orang, agar dapat memimpin bangsa dan negara ini dengan baik. Dengan ilmu, kita akan dapat hidup di dunia ini dengan selamat. Karena ilmu itu adalah cahaya yang akan menunjuki dan menerangi jalan kita. Karena itulah peran ulama/cendikiawan sangat penting untuk menanamkan nilai-nilai Iptek dan Imtak. Ulama/cendikiawan mempunyai tugas dan tanggungjawab untuk meneruskan ajaran  Nabi SAW agar menjadi orang berkualitas dihadapan Allah maupun manusia. Ilmu, iman, amal dan akhlak.

  1. Adilnya Para Pemimpin.

Pemimpin adalah orang yang mendapatkan amanah untuk mengemban tugas kepemimpinan, seorang pemimpin berarti pula seorang yang telah.

Related Articles

Latest Articles