Jakarta, Demokratis
Penambahan kasus aktif Covid-19 masih terus terjadi. Saat ini ada 26.282 orang yang sedang dalam perawatan dan isolasi. Mereka membutuhkan pengobatan untuk sembuh dari ancaman Covid-19. Salah satu pengobatan yang kini dikembangkan adalah plasma konvalesen atau plasma penyintas Covid-19. Menurut Palang Merah Indonesia (PMI) Indonesia membutuhkan sedikitnya 5.000 pendonor atau lima kali lipat dari suplai saat ini.
Ketua Umum PMI, Jusuf Kalla, mengatakan, saat ini baru 1.000 plasma konvalesen yang disuplai. Jumlah ini harus ditingkatkan lima kali lipat atau sekitar 5.000 per bulan. Setiap hari menurut Jusuf Kalla ada permintaan plasma konvalesen di seluruh Indonesia sebanyak 200 donor atau sedikitnya 5.000 lebih per bulan. Tetapi kebutuhan ini baru terpenuhi 40 donor per hari.
“Ini masih sangat kurang dari kebutuhan. Banyak sekali yang mengantre. Dibutuhkan pendonor lima kali lipat dari saat ini untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dan mengurangi tingkat kematian,” kata Jusuf Kalla pada “Pencanangan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen” di Kantor Pusat PMI, Jakarta, Senin (18/1).
Menurut Kalla, ketersediaan plasma konvalasen perlu ditingkatkan, dan ini sebetulnya mudah dilakukan kalau lebih banyak penyintas Covid-19 yang tergerak untuk mendonorkan plasmanya. Secara potensi sebetulnya cukup besar di Indonesia, karena penyintas atau pasien Covid-19 yang sembuh cukup besar, yaitu 745.935 orang per Senin. Sebagian besar penyintas bisa mendonorkan plasmanya kecuali yang sedang hamil dan faktor usia. Dari 745.935 penyintas Covid-19 tersebut, cukup 20% saja yang mendonorkan plasmanya sebenarnya cukup memenuhi kebutuhan.
“Katakanlah 20% saja yang mendonorkan plasmanya, maka semua kebutuhan dapat dipenuhi, dan Insyaallah kematian akan berkurang. Donor tiga orang bisa selamatkan tiga sampai enam penderita Covid-19,” kata Kalla.
Menurut Kalla, secara kapasitas unit donor darah (UDD) PMI di seluruh Indonesia cukup memadai. Tetapi persoalannya pada minimnya pendonor. Hal ini mendorong pemerintah untuk mencanangkan Gerakan Nasional Donor Plasma Konvalesen pada hari ini, Senin (18/1/2021). Wakil Presiden (Wapres) Ma’ruf Amin secara resmi mencanangkan gerakan ini yang juga dihadiri Menko PMK Muhadjir Effendy, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Riset dan Teknolog Bambang Brodjonegoro, dan kepala lembaga.
Pencanangan gerakan ini bertujuan untuk mengajak masyarakat Indonesia, khususnya para penyintas Covid-19 agar mau mendonorkan plasma konvalesen kepada pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Pasalnya merujuk data, jumlah kasus terkonfirmasi Covid-19 pada awal tahun 2021 terus meningkat bahkan seiring meningkatnya jumlah pasien dengan gejala sedang sampai berat yang dirawat di rumah sakit.
Namun, fakta tersebut belum diimbangi ketersediaan tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19 yang sangat minim, ruang perawatan ICU yang penuh, serta ruang isolasi dan alat ventilator yang juga masih kurang.
Wapres pun menekankan apabila hal itu tidak ditangani dengan cepat dan tanggap maka akan semakin mempersulit proses penyembuhan, memperpanjang lama rawat inap, dan meningkatkan mortalitas akibat Covid-19 di Indonesia.
“Untuk itu saya mengimbau dalam situasi apa pun, kita harus selalu siap sedia untuk menolong sesama yang membutuhkan sesuai kemampuan kita masing-masing. Bagi para penyintas Covid-19 untuk siap sedia secara sukarela menjadi pendonor plasma konvalesen apabila menurut hasil pemeriksaan dokter memenuhi persyaratan,” kata Wapres.
Ia menyebutkan data per-14 Januari 2021, dari 703.464 orang yang sudah sembuh dari Covid-19 baru 1% yang menjadi pendonor plasma konvalesen. Padahal dengan menjadi pendonor plasma konvalesen setidaknya akan membantu menyelamatkan nyawa orang lain.
Menko PMK, Muhadjir Effendy mengatakan, potensi dari donor plasma konvalesen hingga tiga bulan ke depan dapat dilihat dari jumlah pasien rumah sakit yang telah sembuh dari Covid-19 pada periode November-Desember 2020.
Adapun jumlah mantan pasien yang sembuh pada periode November 2020 sebanyak 37.837 orang terdiri dari laki-laki sebanyak 15.626 dan perempuan 17.177. Sedangkan yang sembuh pada periode Desember 2020 sebanyak 48.272 orang terdiri dari laki-laki 19.936 dan perempuan 21.915.
“Potensi tersebut, khususnya pria, perlu digerakkan untuk mendonorkan plasmanya sehingga pasien yang sedang dalam perawatan di rumah sakit memiliki peluang selamat lebih besar,” kata Muhadjir.
Lebih detail, menurut Muhadjir, digunakannya plasma konvalesen sebagai terapi tambahan pasien Covid-19 dilatarbelakangi oleh plasma pasien yang telah sembuh Covid-19 diduga memiliki efek terapeutik karena memiliki antibodi terhadap SARS-Cov-2. Sementara itu, plasma konvalesen diambil dari pasien yang didiagnosa Covid-19 dan sudah 14 hari dinyatakan sembuh dari infeksi Covid-19. Ditandai dengan dua kali pemeriksaan swab menggunakan RT-PCR dengan hasil negatif.
“Untuk mengurangi risiko kematian maka diperlukan tindakan untuk meningkatkan imun salah satunya yaitu melalui terapi plasma konvalesen ini,” kata Muhadjir.
Plasma konvalesen sendiri adalah cairan darah yang merupakan antibodi Covid-19 yang berasal dari penyintas Covid-19. Benefitnya untuk meningkatkan antibodi dan menurunkan jumlah virus pada penderita Covid-19. Penyintas Covid-19 dapat membantu demi kemanusiaan dengan berdonor plasma konvalesen yang sangat dibutuhkan oleh pasien Covid-19 yang masih berjuang untuk sembuh.
Berdasarkan hasil penelitian awal RS di Malang menunjukkan bahwa pemanfaatan plasma konvalesen bagi pasien Covid-19 sangat tinggi. Mereka yang menderita sakit berat, yang diintervensi dengan plasma konvalesen tingkat kesembuhan capai 100%. Sedangkan yang status kritis angka kesembuhan capai 85%. (Bs/Red)