Jakarta, Demokratis
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia tidak boleh menghentikan transformasi besar ekonomi yang tengah dilakukan pemerintah.
Saat ini, lanjut Jokowi, pemerintah terus mempercepat transformasi ekonomi menuju struktur perekonomian yang memiliki nilai tambah tinggi dengan menghentikan ekspor bahan mentah.
“Sudah berapa ratus tahun bahan mentah kita kirim ke luar, utamanya ke Eropa. Sejak zaman VOC yang kita kirim selalu bahan mentah, yang selalu kita kirim selalu raw material. Oleh sebab itu, sejak 2020 saya sampaikan enggak bisa kita teruskan, setop,” kata Jokowi saat memberikan sambutan pada acara Dies Natalis ke-67 Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Bandung, Senin (17/1/2022).
Jokowi mengungkapkan, pemerintah telah menghentikan ekspor nikel berupa bahan mentah dan menggantinya dengan ekspor berupa bahan jadi maupun setengah jadi. Secara bertahap, pemerintah juga berencana untuk menghentikan ekspor bahan mentah tambang lainnya berupa bauksit, tembaga, dan sebagainya, untuk meningkatkan nilai tambah dari produk-produk tersebut.
“Kita ingin nilai tambah itu ada di tanah air sehingga selain memberikan penerimaan negara yang makin besar berupa pajak, berupa royalti, berupa penerimaan negara bukan pajak, juga bisa membuka lapangan kerja yang sebesar-besarnya untuk rakyat kita,” ujar Jokowi.
Jokowi memberikan contoh, jika nikel diekspor dalam bentuk bahan mentah, maka hanya akan menghasilkan US$ 1 miliar atau setara Rp 14-15 triliun. Setelah pemerintah melarang ekspor nikel dalam bentuk bahan mentah, ekspor besi baja yang merupakan turunan dari nikel pun melonjak tajam, mencapai US$ 20,8 miliar atau setara Rp 300 triliun.
“Saya cek akhir tahun kemarin ekspor kita untuk besi baja, artinya besi baja ini dari nikel menghasilkan US$ 20,8 miliar, Rp 300 triliun. Dari Rp 15 triliun melompat menjadi Rp 300 triliun dan membuka lapangan pekerjaan yang sangat banyak sekali. Padahal kita tidak hanya memiliki nikel, kita memiliki tembaga, kita memiliki bauksit, kita memiliki timah, kita memiliki emas, semuanya ada. Jangan itu dikirim dalam bentuk raw material lagi, dalam bentuk bahan mentah lagi, stop,” tegas Jokowi.
Menurut Jokowi, jika ekspor besi baja dari nikel saja bisa mencapai Rp 300 triliun, maka diyakini produk-produk lainnya dari nikel, bisa memberikan nilai tambah yang lebih tinggi lagi untuk nikel.
“Bayangkan kalau nikel yang jadi besi baja saja bisa melompat menjadi Rp 300 triliun. Itu enggak tahu, mungkin baru satu atau dua turunan, nanti kalau turunannya sampai ke-10, ke-11, ke-12 nilai tambahnya berapa. Bauksit juga begitu, saya kalkulasi kira-kira juga hampir sama akan dapat berapa penerimaan negara dari ekspor-ekspor yang kita lakukan,” terang Jokowi. (Djoni)