Selasa, November 25, 2025

Junta Myanmar Tangkap 1.600 WNA di Pusat Scam Perbatasan Thailand

Myanmar, Demokratis

Junta Militer Myanmar akhirnya bergerak! Mereka mengklaim telah menangkap hampir 1.600 warga negara asing (WNA) dalam kurun waktu hanya lima hari. Penangkapan masif ini menyusul operasi besar-besaran yang menyasar pusat-pusat penipuan internet (scam center) yang selama ini menjamur di kawasan perbatasan dekat Thailand.

Langkah penindakan ini menjadi salah satu operasi paling terbuka dan signifikan yang pernah dilakukan militer Myanmar terhadap jaringan penipuan daring, sebuah industri gelap yang telah lama dituding dibiarkan tumbuh subur di wilayah yang dilanda konflik.

Pabrik-pabrik penipuan berskala raksasa memang telah lama menjadi momok di perbatasan Myanmar. Dari lokasi-lokasi ini, para sindikat menjalankan modus penipuan asmara hingga bisnis yang menargetkan korban di seluruh dunia, dengan nilai kerugian mencapai puluhan miliar dolar AS setiap tahun.

Tekanan China di Balik Gerakan Mendadak Junta

Selama bertahun-tahun, junta Myanmar dituduh menutup mata dan membiarkan industri ilegal ini berkembang, bahkan diduga melibatkan kelompok milisi sekutu junta yang meraup keuntungan besar. Namun, sejak Februari lalu, tekanan dari China —pendukung militer paling berpengaruh— semakin tak tertahankan. Beijing geram lantaran banyak warganya menjadi sasaran utama jaringan penipuan ini.

Meskipun demikian, sejumlah pengamat menilai operasi yang dilancarkan sejak bulan lalu, termasuk yang terbaru, tak lebih dari ‘pengalihan’ semata. Tujuannya: meredakan tekanan diplomatik dari Beijing tanpa terlalu mengganggu aliran keuntungan yang telah mengakar pada kelompok milisi yang loyal kepada junta.

Mengutip laporan terbaru dari media pemerintah The Global New Light of Myanmar, pihak junta menyatakan bahwa ‘1.590 warga asing yang masuk secara ilegal’ ditangkap dalam penggerebekan di pusat judi dan penipuan Shwe Kokko yang berlangsung pada 18 hingga 22 November 2025.

Barang Bukti Raksasa dan Starlink Elon Musk

Selain menangkap nyaris 1.600 WNA —yang pada Sabtu (23/11/2025) saja mencakup 100 warga negara China— aparat menyita tumpukan barang bukti industri gelap yang luar biasa banyaknya.

Daftar sitaan meliputi 2.893 unit komputer, 21.750 unit ponsel, 101 unit penerima satelit Starlink, 21 unit router, serta berbagai perlengkapan operasional penipuan dan perjudian online.

Penemuan perangkat Starlink dalam jumlah besar ini membenarkan investigasi AFP, bulan lalu. Menyusul laporan tersebut, perusahaan milik Elon Musk itu langsung merespons dengan menonaktifkan lebih dari 2.500 perangkat Starlink yang dicurigai beroperasi di sekitar lokasi pusat operasi scam tersebut.

Rekaman video media lokal menunjukkan betapa masifnya operasi ini, dengan alat berat yang dikerahkan untuk melindas ratusan monitor komputer serta tumpukan ponsel yang telah dihancurkan di kompleks Shwe Kokko.

Perlu dicatat, sejak kudeta 2021 memicu perang saudara, pusat-pusat penipuan yang mempekerjakan ribuan orang —baik pekerja sukarela maupun korban perdagangan manusia— kian berkembang di kawasan perbatasan yang minim pengawasan hukum.

Menurut laporan PBB, kerugian yang diderita korban penipuan di Asia Tenggara dan Timur saja mencapai US$37 miliar (setara Rp616,8 triliun) pada tahun 2023, dan angka kerugian global diperkirakan jauh lebih besar. Oleh karena itu, langkah tegas Myanmar, terlepas dari motif politiknya, patut dicermati perkembangannya. (IB)

Related Articles

Latest Articles