Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kemanusiaan Dalam Aplikasi Taawun

Oleh Masud HMN *)

Sangat menarik membaca tulisan A. Mukti dalam satu tulisannya yang berjudul Kemanusiaan Telah Mati. Ia menunjukkan indikasi-indikasi bahwa yang lengkap menopang pendapatnya itu. Hingga kita menjadi paham pernyataan tersebut.

Opini dari A. Mukti Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah kini merasa resah dengan pernyataan itu. Ia torehkan di surat kabar Media Indonesia Edisi 23 Januari 2023.

Kita dapat mengerti karena ajaran kemanusiaan adalah penting dalam masayarakat kita. Aplikasi taawun atau mengejewantahkan tolong menolong dalam kehidupan masyarakat itulah yang menjadi persoalan. Mengedepankan rasa peduli antar sesama. Mau tolong menolong.

Bukankah salah satu sila simbol dari falsafah negara kita Pancasila. Jika kemanusiaan sempat hilang, apakah yang akan terjadi. Sudah tentu tidak baik.

Dalam kaitan ini menarik juga perbedaan pendapat Sukarno Presiden Republik Indoneia dengan Mohamad Hatta tentang komunis. Oleh Sukarno dikatakan bisa masuk Indonesia dan bersatu. Tapi Bung Hatta tidak.

Ungkapan persatuan menurut Sukarno adalah semua, termasuk komunis. Maksud persatuan di situ menurut Sukarno untuk semua, tetapi Mohamad Hatta hanya setuju Pancasila.

Sila pertamanya adalah Ketuhanan Maha Esa. Maksudnya beriman kepada Tuhan. Yang lain tidak, dan komunis tidak percaya kepada Tuhan.

Dengan demikian pikiran Hatta adalah persatuan Indonesia bagi mereka yang mengaku percaya kepada ajaran agama.

Selanjutnya pendapat dari Fahri Hamzah mencoba meng-clear-kan hal ini. Kata sah dan halal berbasiskan pada agama (wahyu). Sementara legal adalah dari pendapat akal universal. Jadi sah dan halal ada dalam ungkapan agama saja.

Penulis pun berpendapat sama dengan Fakhri Hamzah. Kita keliru karena mencampurkan dasarnya pengambilan kata itu.

Kita harusnya kembalikan ke basis dari mana ungkapan itu berasal. Maka munculnya huru hara adalah akibat kita tidak pedulikan hal itu. Kini marilah kita semua untuk merujuk kepada falsafah dan ungkapan yang telah ada.

Semoga kita berhasil dan sukses mengaplikasikan persatuan dengan taawun, konsep beriman dan kemanusian!

Jakarta, 4 September 2024

*) Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles