Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kemelut Sejarah Peradaban

Apa yang akan terjadi bila sejarah peradaban dunia disepelekan atau dilupakan? Akan muncul adanya ketidakberesan dan penyesalan yang tak akan berguna. Sayang sekali.

Meski demikian inilah indikasi peradaban yang tidak bisa dihindari. Tinggal kearifan bersama.

Masalah sejarah itu mirip dengan tantangan atau jalan mendaki dalam perbincangan peradaban. Menimbulkan ekses cukup signifikan. Karenanya perlu kita perbincangkan.

Satu media utama di Jakarta menulis tentang tanjakan sejarah dengan kembaran seperti persoalan sejarah tersebut (Kompas, 8 Desember 2022). Antara lain menurunkan persoalan dalam tulisan itu dengan kaitan perkembangan sejarah demokrasi di negara maju Eropa. Yang dipicu oleh soalan imigrasi penduduk.

Intinya menghambat kemajuan suatu negara yaitu dengan menerima argumentasi dari buku Munek berjudul The Great Experience Why Can Endure (2022).

Kata tidak Pancasila dan Pancasilais adalah ungkapan berlawanan. Terjadi dalam masyarakat kita. Saling berlawanan.

Persoalan sejarah peradaban ini menjadi filosofi Pancasila dengan agama. Dimulai dari sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa yang menimbulkan bahasa dan terminologi yang debateable (perselisihan).

Dalam memahami Ketuhanan Yang Maha Esa tauhid menurut Islam tetapi tidak disetujui arti demikian itu oleh pihak Kristen dan Katolik. Debateble itu ditengahi dengan kata yang bermakna beragama atau bertuhan menjadi filosofi ketuhanan.

Intinya Pancasila itu adalah masyarakat yang bertuhan sesuai denan agama resmi yang diakui negara. Meski negara bukan negara agama namun negara tidak anti agama.

Terhadapat tanjakan sejarah yang disebutkan: (1) peradaban (2) persoalan. Muncullah istilah anti Pancasila.

Dua-duanya persoalan peradaban yang menjadi tanjakan Indonesia dewasa ini. Bagaimana menjawab persoalan itu dengan wayout atau solusi. Hingga terhindar dari sikap benar sendiri, sekaligus terjelma solver atau penyelesaian.

Pada sisi ini penulis ingin mengajak kita berpikir keras dan komprehensif. Tujuannya agar tercapai solusi yang diharapkan. Ketimbang kita terlibat dari debateabel terus menerus tanpa jalan keluar. Kita berharap total demikian. Semoga!

Jakarta, 12 Desember 2022

*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Paskasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles