Dalam salah satu penelitian yang dilakukan oleh Radio Suara Amerika (VOA) terdapat banyak orang di Amerika melakukan bunuh diri. Seperti disiarkan Radio Suara Amerika 10 Juni 2018, pada tahun 2018 ada 812 orang melakukan upaya bunuh diri di Amerika oleh keputusasaan, kecewa berat dalam hidupnya. Padahal mereka adalah para eksekutif kalangan berpunya dan power.
Temuan ini termasuk kebahagiaan subjektif bersimbol harta dan kemewahan serta kekuasaan bukanlah kebahagiaan. Memunculkan azab yang menyengsarakan.
Kabahagiaan objektif terdapat pada ajaran Islam yaitu kebahagiaan ada pada bersyukur dan pada keridhaan Ilahi. Secara umum tersimpul dalam doa:
Ya Tuhan kami berilah kami kebahagiaan dunia dan akhirat. Jauhkanlah kami dari azab neraka (Al Baqarah 123).
Maka ayat ini meperjelas sesungguhnya kebahagiaan yang hasanah (baik) ada dalam keridhaan dan jauh dari azab.
Kebahagiaan dalam hal ini menjadi dua bentuk, yaitu kebahagiaan objektif. Kebahagiaan yang disimbolkan dengan keridhaan Ilahi dan dijauhkan dari azab. Keridhaan melahirkan keikhlasan, kesabaran, ketenangan dan ketentraman.
Berbeda kebahagiaan subjektif adalah kebahgiaan semu, Fanta morgana. Gila pada harta dan tahta adalah logika pikir kebahagiaan subjektif hasil pengaruh hawa nafsu. Pada akhirnya memunculkan kekecewaan, galau kegelisahan, keputusasaan.
Di sinilah menariknya gagasan Rabiah Adabiya, sufi wanita yang amat terkenal. Perempuam kelahiran Basrah Iraq tahun 714 Masehi itu meniti lorong kehidupannya menjadi lajang alias tanpa berkeluarga bagai manusia normal layaknya hingga usianya 87 tahun. Sang sufi legendaris wafat di Basrah Iraq kampung halamnya tahun 801 Masehi. Rabaiah Adabiah meluncurkan gagasan spiritual bermakna membawa cahaya di cakrawala zaman.