Gagasan itu, di saat dunia zaman itu sedang gairah dengan cinta keduniaan, kemewahan harta. Ia menawarkan keridhaan dan cinta Ilahi. Tawaran aneh dianggap ajaib dan tak relevan.
Namun wanita ini tegar dan kokoh dengan gagasannya. Dia melepaskan cinta dunianya lalu beralih pada cinta pada Sang Khalik. Kebahagiaan baginya adalah keridhaan dan cinta Ilahiyah. Konsep kuncinya ridha dan cinta.
Ketika orang menanyakan bagaimana kebahagiaan diperoleh, dia bergumam bertanya balik bagaimana Anda akan berbahagia sementara tidak mencari keridhaannya.
Sebagai penutup dari penulis, rasanya argumen Rabiah Adabiah benar. Harta serta kemewahan tahta hanyalah seolah-olah, atau palsu. Kabahagiaan sejati adalah pasrah penuh ridha dan mencintai Ilahi ketimbang pada yang lain. Kepasrahan yang total. Satu ufuk keridhaan Ilahi bdermuatan cinta dan kedekatan. Meminjam puisi Taufik Ismail tentang hubungan sang hamba dan Khalik ungkapan dengan kata “Engkau dekat aku dekat”.
Sejalan dengan Chairil Anwar penyair Indonesia terkenal. Ia pasrah “Tuhan, di pintu-Mu aku mengetuk dan aku tak (akan) bisa berpaling”.
Wallahu a’lam bishawab.
Jakarta, 21 April 2021
*) DR Masud HMN adalah Dosen Pascsarjana Universitas Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta