Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kesabaran Dalam Perspektif Hidup

Ajaran Islam tentang kesabaran dan kesulitan mencapai kebahagiaan hidup amatlah penting dalam fungsional kehidupan sehari-hari. Yakni terdapat relasi kesabaran dan kebahagiaan yang relevan. Yaitu relasi yang antara kesabaran, kesulitan dan kebahagian.

Persepektif kesabaran dalam kesusahan mencapai kebahagian ditulis secara menarik oleh Buya Hamka dalam bukunya berjudul Dalam Lembah Kehidupan. Buku itu berupa kumpulan cerita tentang kesulitan dengan kesusahan. Lembah kehidupan dilambangkan dengan kisah derita anak manusia.

Kisah mereka yang ditimpa kesulitan hidup ekonomi, kisah yang bermasalah dengan keluarga dan masyarakat, kisah menderita karena cinta dan perantauan. Hamka menorehkan kisah penderitaan anak manusia itu dengan pesan kesabaran perlu dalam hidup. Tanpa kesabaran kesulitan akan selalu meresahkan, mebuat galau dalam hidup. Hanya kesabaran yang bisa jadi perisau mencapai bahagia. Kesabaran lebih berharga dari emas, suatu ungkapan yang popular  dalam masyarakat Melayu. Emas boleh dicari, tapi kesabaran kalau sirna nasib menjadi taruhannya.

Buya Hamka menorehkan pesan dalam bukunya kesabaran akan diuji oleh kesulitan dan kesabaranlah yang dapat mengatasi kesulitan. Kesabaran melahirkan kebahagiaan. Demikian Hamka.

Ya, begitulah pandangan Hamka. Semakin sabar seseorang dalam menghadapi kehidupannya semakin bahagialah hidupnya. Sementara jika hilang kesabarannya semakin jauh pula kebahagian pada dirinya. Ini menjadikan mereka yang sabar adalah ideal, dan didambakan. Bahkan dalam ajaran Islam orang yang sabar dekat di sisi Allah.

Kesabaran dari sisi etimologi adalah kata benda dari sabar kata sifat. Makna sabar adalah kuat, tahan, kukuh. Lawan makna kata sabar adalah gelisah, ragu dan galau. Artinya kesabaran itu mantap, sementara tidak sabar itu tidak mantap. Kesabaran dan kebahagian hidup memiliki  relasi positif. Semakin sabar seseorang semakin bahagialah hidup sesorang. Sebaliknya semakin tidak sabar atau kurang kesabaran sesorang semakin gundah gelisah pula hidup seseorang. Dengan kata lain tanpa kesabaran kian jauhlah kebahagiaan.

Begitu pentingnya kesabaran itu dinyatakan dalam Al Quran berulang kali. Kata kesabaran ditemukan di dalam Quran terdapat 70 kali dari berbagai bentuk kata. Juga dalam bentuk konteks masalah yang beragam.

Seperti diurai dalam kitab Munaizaiil yang ditulis oleh Syekh Abu Sairin Ismail Haarawi makna sabar adalah menahan diri dari hal yang tidak disenangi. Kata sabar juga diartikan sebagai menahan lisan dari menyakiti orang lain.

Sejalan dengan Syekh Abu Sairin Ismail Haarawi di atas Ibnu Thaimiyah menyebut kesabaran dalam makna yang kontekstual. Ibnu Thaimiyah menekankan konteks makna kesabaran mendominasi kaitan musibah. Kesabaran terhadap meghadapi musibah.

Dalam bukunya Minhajus Sunnah pemikir besar abad ketujuh itu lebih lanjut menekankan jika seorang merasa risih, resah, senjata paling ampuh menghadapinya adalah sabar. Demikian Ibnu Thaimiyah.

Dalam kajian Islam lebih luas dari konsep sikap sabar itu diidentikkan dengan Qanaah. Satu sikap hidup merasa cukup dengan apa yang ada. Qanaah dapat dibentangkan dalam kandungan lima hal penting, yaitu:

Dimensi pertama adalah menahan. Qanaah adalah suatu kemampuan menahan diri, kukuh tak bergeser.

Dimensi kedua menerima. Sikap ini adalah keridhaan atau keikhlasan dalam menerima kenyataan yang datang menimpa.

Dimensi ketiga yaitu mengharap. Qanaah dalam dimensi mengharap itu adalah terus berusaha melakukan sesuatu tanpa henti.

Dimensi keempat bertawakal. Dimensi ini percaya dan yakin kepada perlindungan Maha Kuasa.

Dimensi kelima memohon. Dimensi ini adalah bentuk optimis. Percaya kekuatan permohonan doa. Doa dapat merubah keadaan.

Dari lima saripati makna Qanaah. Di situlah ketangguhan seorang Mukmin dalam menghadapi   musibah dan tantangan kehidupan. Satu keperkasaan yang tahan ujian dan tantangan.

Hal demikian disimpulkan oleh Imam Ghazali sebagai tingkatan maqam seorang Mukmin dalam perjalanannya menuju Allah Taala. Satu paduan sikap komposisi yaitu ihwal keadaan syariat makrifat dan amal perbuatan tindakan.

Bagi Imam Ghazali kehidupan mansuia dalam maqam perjalanan manusia menuju kepada Tuhan diejawantahkan dalam hakikat bentuk sejati sikap dibuktikan melalui syariat tatanan yang kemudian dimantapkan dalam kalbu atau makrigat. Bentuk penataan sikap itulah yang membawa manusia sampai kepada Tuhannya dalam dimensi syariat, hakikat dan makrifat. Demikian Imam Ghazali.

Lalu kemudian pertanyaannya bagaimana menetapkan dalam kehidupan yang nyata. Dari paparan di atas konsen kesabaran yang identik dengan qanaah, lalu pandangan Ibnu Thaimiyah antara sabar dan musibah serta pendapat imam Ghazali dengan maka qanaah sebagi maqam jalan kehidupan manusia kepada Tuhannya, kita menemukan simpulan bahwa qanaah itu berfungsi sebagai berikut:

Pertama, fungsi stabilisator.

Kedua adalah fungsi dinamisator.

Ketiga adalah fungsi kontrol.

Akhirnya dengan sabar kita menerima dan tawakal sebagai stabilisator. Kemudian dangan berusaha, dan berdoa kita dinamis dan dari tawakal dan berserah diri menjadi kontrol hidup.

Kesabaran hadir dengan tiga kelengkapan fungsinya yaitu stabilisator, dinamisator dan kontrol. Harapannya kesabaran Insya Allah diaplikasikan dalam mengahadapi masalah terutama kesulitan dari adanya musibah pandemi masa kini. Insya Allah.

Jakarta, 23 Maret 2021

*) DR Masud HMN adalah Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles