Betapa penting dan aktualnya pendapat Ibnu Rusyd. Karena pemikirannya sangat relevan waktu ini. Khususnya bidang filsafat tentang kesatuan akal dan wahyu.
Akal polanya bertumpu pada ilmu yang kreatif dan logika. Wahyu bertumpu pada kebenaran kitab suci (wahyu) dan absolut. Dua-duanya perlu kesatuan yakni akal dan wahyu.
Akan terjadi beda terutama dalam menempatkan wahyu dalam pemikiran kontemporer masa kini. Misalnya masalah turunan para nabi yang diangkat oleh para kaum yang menamakan kelompok habib. Menyimbolkan turunan para nabi.
Di situ didoktrinkan bahwa yang turunan para nabi itu dengan tingkatan tertentu yang istimewa. Umumnya mereka berasal dari Yaman atau dari Arab Saudi. Kasta tertentu layaknya.
Di Indonesia amat terpengaruh oleh pemikiran dimaksud. Padahal konsep itu tak ada dalam Islam. Dibuat-buat saja oleh kalangan tertentu.
Itulah para habib atau habaib. Masyarakat yang awam agamanya amat terpengaruh. Akibatnya agama bercampur aduk antara akal dengan wahyu.
Padahal akal dan wahyu meskipun ada kesamaannya tetapi ada perbedaannya. Tetapi awam tidak mengkajinya. Cenderung asal menerima saja.
Ini dibahas oleh Ibnu Rusyd dalam bukunya terutama Fasl Maqal Fi Bain Al Hikmah Asy Syar’iyah (perihal kebijaksanaan dan syariat). Lalu menolak apa yang tidak sesuai dengan syariat. Disesuaikan sebagai mana mestinya.
Menarik sekali apa yang dikatakan Tbarani Syabirin, seorang intektual alumni Al Azhar University yang menaskan pendapat yang tak benar dari kaum jahiliah itu harus ditolak. “Mana ada kasta dalam Islam,” tegasnya. Thabrani pun mengutip dan membantah dengan keras pendapat yang mengaku turunan nabi. Ia menantang dengan metode uji DNA.
Adanya dalil keturunan para nabi harus diistimewakan tidak ada. Kalau ada harus ditolak, sebab bertentangan dengan hadist lain yang sahih. Demikian Thabrani Shabirin.
Pendapat demikian Ibnu Rusyd menjelaskan memang ada pendapat yang menyesatkan sebagai dagangan dengan bungkusan yang bagus. Agar untungnya besar. Tidak dimengerti semua orang.
Misalnya membungkus dengan lebel halal barangnya haram. Contoh daging babi dilebel halal. Padahal daging babi haram.
Jualan agama itu labanya banyak. Apalagi kalau dibungkus dengan baik. Pendapat filasuf Islam dari Spanyol Andalusia ini menarik. Namanya yang terkenal abad pertengahan. Sebab, Ibnu Rusyd lahir dan besar di abad banyak jualan agama untuk mencari untung. Meski halal haramnya tidak jelas. Masalah ini telah ada sejak abad pertengahan masa Ibnu Rusyd masa 1126-1198 M.
Oleh karena itu, kita mengingatkan agar semua kita berpikir baik-baik. Kekacauan berpikir dapat menimbulkan masalah yang panjang. Sebab itu kita waspada dan hati-hati!
Jakarta, 6 Februari 2024
*) Penulis adalah Doktor Dosen Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHANKA) Jakarta