Aly Yahya : Rangkap Jabatan Aziz Syamsudin Bukan Tradisi Golkar
Jakarta, Demokratis
Tiga pimpinan parlemen terpilih yakni Ketua DPR Puan Maharani, Ketua DPD La Nyala Mataliti dan Ketua MPR Bambang Soesatyo yang dipilih terakhir secara aklamasi.
Seperti tampak kompak membuat terobosan baru dengan menyampaikan pidato politik setelah kemenangan mengalahkan calon lainnya dalam pemilihan ketua, meski hanya cuma DPD yang mempertahankan tradisi voting untuk memilih Ketua dan pimpinan DPD yang baru.
Ketua DPR Puan Maharani dalam orasi pertamanya mengatakan, sesuai dengan peraturan perundangan dirinya terpilih sebagai Ketua DPR dari Fraksi PDI Perjuangan.
“Saya ingin kepemimpinan di DPR yang bersifat kolegial harus bisa diwujudkan dengan membangun semangat kebersamaan, semangat kerjasama, dan jiwa gotong royong,” ujarnya yang mengenakan gaun merah.
Kekritisan kita, katanya lagi, nanti dalam menjalankan prinsip demokrasi dan mekanisme check and balances harus yang konstruktif untuk membangun peradaban demokrasi Indonesia.
“Saya bersukur pemilihan pimpinan DPD selesai dan berjalan demokratis. Mulai sekarang saya sudah siap berkerja sama dengan pimpinan dan seluruh anggota, guna untuk bersama-sama melanjutkan marwah DPD RI,” ujar La Nyala Mataliti di tempat terpisah.
“Kita akan bangun soliditas lembaga ini dan bersinergi bersama-sama dalam membangun DPD sebagai tempat untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat daerah,” jelasnya.
Ke dalam, katanya lagi, kita akan mempertahankan capaian dan melakukan pembenahan serta meningkatkan mekanisme kerja di DPD RI, seperti kita harus membangun sinergi dengan daerah, serta aktif dalam melihat permasalahan daerah yang harus menjadi perhatian setiap anggota DPD RI, baik sebagai representasi kelembagaan dan perseorangan.
Selain itu, DPD juga perlu membangun sinergi dengan lembaga MPR, DPR, eksekutif dan lembaga lainnya.
“Perbedaanya kehadiran DPD harus berpihak kepada daerah dan hadir dalam setiap pengambilan keputusan di pusat yang berpihak kepada daerah. Saya mendorong DPD untuk mampu mewujudkan parlemen yang modern aspiratif dan transformatif,” harapnya.
“Bagi MPR, tugas melantik Presiden dan Wakil Presiden secara simbolik bukanlah tugas yang berat,” kata Ketua MPR Bambang Soesatyo sesumbar.
Yang lebih penting, katanya, memastikan apakah MPR, DPR, DPD serta pemerintah dapat bekerja sama guna menciptakan keadilan di tengah masyarakat. “Ini adalah tantangan berat bagi kita bersama,” katanya beretorika.
Ia menambahkan, pada kejadian sepekan yang lalu yang ditandai lewat bentuk demonstrasi yang massif di berbagai tempat di tanah air. Ini memperlihatkan ada ketidakstabilan hubungan antara negara dengan masyarakat.
“Kejadian-kejadian tersebut telah mengetuk kita kembali agar untuk kembali membuka ruang-ruang dialog yang mengedepankan persatuan dalam rangka mengurai ketegangan pasca Pemilu atau pun ketegangan yang terjadi baru-baru ini,” ungkapnya.
“Kami yakin, kerja gotong royong mudah dilakukan apabila kita mengedepankan rasa saling percaya, daripada persaingan dan rasa curiga di antara kita,” tegas Bamsoet seusai terpilih menjadi Ketua MPR di Jakarta (3/10/2019).
Secara terpisah mantan, Wakil Ketua MPR Dimyati Natakusumah membedakan jika dilakukan voting akan melahirkan luka, perlu waktu rekonsiliasi untuk menyatukannya kembali.
Sebagai anggota MPR wajar jika harus mendahulukan musawarah mufakat. Apabila ada yang belum bisa dicapai misalnya untuk menjadi Ketua MPR di tahun ini. “Solusinya adalah mengalah. Ini namanya Pancasila kita,” kata Dimyati anggota Fraksi PKS di MPR ini.
“Bambang Soesatyo terpilih menjadi Ketua MPR, awalnya, lewat proses seleksi di internal Partai Golkar atas semua anggota MPR yang berasal dari Fraksi Partai Golkar semua,” jelas Aly Yahya fungsionaris DPP Partai Golkar membocorkan.
“Ini bermula ini dari hasil konsultasi Ketua Dewan Pembina Partai Golkar Aburizal Bakrie terkait dengan pengisian calon Ketua MPR saat bertemu Airlangga Hartarto Ketua Umum Partai Golkar,” katanya membuka pembicaraan awal.
Sesudah itu, tak lama kemudian Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto mengirimkan surat jawaban lengkap dengan semua nama-namanya kepada Aburizal Bakrie.
Dalam rekomendasinya, yang dibuat oleh Aburizal Bakrie menyatakan Bambang Soesatyo sebagai calon Ketua MPR dan Aziz Syamsudin sebagai calon Wakil Ketua DPR. Yang ditanda tangani langsung oleh Aburizal Bakrie dan Hafizh Zawawi sebagai Sekretaris Dewan Pembina.
Sebelum itu, Ketua Dewan Pembina telah juga berkirim surat kepada KPK terlebih dahulu untuk melakukan uji konfirmasi atas sejumlah nama terkait dengan pengaduan yang sedang ditangani oleh Komisi Pemberantasn Korupsi (KPK), sebelum diputuskan oleh Ketua Umum Partai Golkar.
“Dan keputusan diumumkan oleh Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto pada tanggal 1 Oktober 2019 pada siang harinya, setelah pembukaan Sidang Paripurna MPR, bertempat di Kantor DPP Partai Golkar di Slipi Jakarta, pada saat berlangsung Rapat Harian,” kata Aly.
Ternyata keputusan tersebut kemudian memunculkan persoalan baru dengan munculnya rangkap jabatan Aziz Syamsudin sebagai Wakil Ketua DPR dan Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR.
“Saya telah meminta agar ini segera diputuskan, dan harus jelas siapa saja yang akan menggantikan Aziz sebagai Ketua Fraksi. Karena sebab konvensi di Partai Golkar melarang rangkap jabatan. Kan kader kita masih banyak walau Tatib di DPR tidak melarangnya,” tandas mantan anggota DPR pada masa reformasi ini.
Sejumlah nama-nama yang tergusur dari bursa calon Ketua MPR, DPR akibat tidak dipertimbangkannya faktor senioritas para kader Golkar.
Setelah melewati dan atas pertimbangan tertentu, dan karena ini sudah menjadi keputusan partai.
Sejumlah nama-nama kompeten untuk menjadi Ketua MPR dan Wakil Ketua DPR. Mereka lebih memilih loyal atas keputusan Ketua Umum Partai Golkar.
Siapa Bamsoet
Pansus Bank Century yang terjadi pada tahun 2009-2014 berhasil mengungkap kejahatan rekap bank bermasalah, setelah pemilihan Presiden langsung yang pertama. Telah ikut melambungkan nama Bambang Soesatyo.
Ia waktu itu yang manjadi pengusul bersama 8 pengusul lainnya yang terdiri anak-anak muda di DPR.
Selama 2 periode menjadi anggota DPR, Bambang duduk menjadi anggota Komisi III yang kemudian mengantarkannya menjadi Ketua Komisi III yang membidangi Hukum dan Kepolisian.
Serta ikut memuluskannya menjadi Ketua DPR menggantikan Setya Novanto yang ditetapkan sebagai tersangka kasus KTP Elektronik.
Bambang Soesatyo sebelumnya 4 kali gagal menjadi calon anggota DPR. Agar bisa terpilih jadi anggota DPR, dia memilih menjalin hubungan kedekatan langsung dengan Ketua Umum Partai Golkar.
Saat jadi Caleg pada periode kedua, Bambang punya nomor punggung yang sudah lebih dikenal lagi setelah bekerja atas apa yang telah dia lakukan selama di DPR oleh masyarakat yang lebih luas.
Nomor punggung sebagai modal sosial didapat saat dia waktu menjadi anggota Pansus Bank Century.
Yang pada Pemilu lalu membawanya kembali terpilih menjadi anggota DPR pada periode yang ke 2 kalinya.
Sejurus lima tahun kemudian pada Pemilu 17 April 2019 lalu membawanya terpilih jadi anggota DPR yang ke 3 kalinya dari daerah pemilihan Propinsi Jawa Tengah.
Bersamaan dengan itu, anak sulungnya yang tertua Dimas terpilih menjadi anggota DPRD Propinsi DKI Jakarta yang pada bulan Agustus 2019 telah dilantik menjadi anggota DPRD DKI Jakarta periode 2019-2024.
“Hidup saya mengalir saja, apa yang kita dapat adalah takdir. Tidak ada yang tahu ke depan kita akan jadi apa? Yang jelas saya sekarang calon Ketua Umum Partai Golkar,” katanya di Kota Hujan Bogor. (Erwin Kurai)