Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

King Salman Menolak Normalisasi Dengan Israel

Simpang siur informasi bahwa Kerajaan Saudi Arabia menormalisasi hubungan dengan Israel akhir-akhir ini, terjawab sudah. King Salman bin Abdul Azis menolak tegas membuka hubungan atau normalisasi antara Saudi Arabia dengan negara Yahudi Israel. Bahkan dinyatakan sampai ia wafat tidak akan ada normalisasi dengan Israel.

Pernyataan penolakan tegas penguasa dan pengawal dua tempat suci umat Islam itu, bukan hanya ditunggu-tunggu, tetapi melegakan hati negara dan umat Islam dunia. Karena sebelumnya terbesit kabar bahwa Arab Saudi akan menyusul Uni Emirat Arab yang beberapa bulan lalu menormalisasi hubungan dengan Israel yang penanda tanganannya diadakan di Gedung Putih Washington Amerika Serikat. Kabar itu beredar di Timur Tengah dan dunia.

Untunglah hal itu tidak sampai terjadi. Seperti diungkap oleh Televisi Israel Chanel 12 dalam tayangan tanggal 30 November 2020. Isi tayangan itu mengatakan Israel gagal mencapai kesepakatan normalisasi hubungan dengan Arab Saudi.

Kegagalan itu juga dirilis oleh Israel Time Daily (30/11/2020) dengan pernyataan dari Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (merdeka.com 30/11/2020). Dikatakan Israel dapat memahami kekuasam Kerajaan Saudi berada pada tangan King Salman bin Abdul Azis. Mungkin selama King Salman bin Abdul Azis berkuasa normalisasi hubungan sulit terjadi, tulis Israel Times Daily.

Adanya berita normalisasi hubungan antara dua negara tersebut memang bukan tanpa alasan. Sebab, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) mengadakan pertemuan dengan utusan Israel 22 November 2020 di Neom Arab Saudi, diduga adalah inisiatif Benjamin Netanyahu.

Pemimpin negara Yahudi tampaknya bertindak cepat mengambil peluang dukungan Donald Trump pada sisa waktu kepresidenannya. Pada sisi mengatur Uni Emirat Arab dapat sukses, dengan Arab Saudi kenapa tidak, terlebih lagi dengan policy Presiden Joe Biden dengan kebijakan Timur Tengahnya sangat mungkin berbeda dengan Donald Trump.

Agaknya tidak terlalu salah untuk menyimpulkan penolakan King Salman untuk normalisasi dengan Israel satu kebijakan penting dan dalam waktu tepat. King Salman menempa satu politik memihak kepada kepentingan Islam dan umat Islam. Soal itu mari kita tinjau dari aspek berikut:

Pertama, Raja Salman kini mempertegas faktor kepentingan Islam. Jika kita perhatikan dunia memojokkan umat Islam dengan label teroris dan ISIS yang notabene biangnya bersumber dari poros Israel. Padahal Islam itu tidak identik dengan teroris dan ISIS. Amat berbeda. Moslem is moslem. Terrorist is terrorist. ISIS is ISIS.

Kedua, Raja Salman menolak berdamai dengan Israel karena sudah melakukan pemihakan untuk membela kepentingan Palestina menjadi indikator perjuangan negara muslim dan umat Islam melawan penjajahan Israel.

Dengan dua penjelasan di atas, maka selayaknya umat Islam mendukung basis yang terbentuk dari kebijakan King Salman melawan Israel. Termasuk mengambil tindakan proaktif terhadap segala bentuk politik Presiden Amerika Joe Biden untuk berdamai dengan bekerjasama dengan masyarakat muslim.

Jakarta, 1 Desember 2020

*) Masud HMN adalah Doktor Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHAMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gmail.com

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles