Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kisah Kematian Soe Hok Gie di Gunung Semeru

Saat kampus menjadi tempat yang membuat kepalanya panas, gunung menjadi tempat untuk mendinginkannya.

Soe Hok Gie, mahasiswa dan aktivis tangguh pada era Presiden Soekarno dan Soeharto, merupakan sosok yang hobi mendaki gunung.

Soe Hok Gie juga merupakan salah satu pendiri organisasi Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) Universitas Indonesia (UI).

Saat menyepi di gunung, Soe Hok Gie acap menulis puisi. Salah satu puisi yang diciptakannya di gunung berjudul “Mandalawangi-Pangrango” yang ditulisnya pada 19 Juli 1966.

Namun, kecintaannya terhadap gunung jualah yang mengantarkan Soe Hok Gie menemui ajalnya.

Soe Hok Gie meninggal dunia di Gunung Semeru, Jawa Timur pada tanggal 16 Desember 1969. Tragisnya, Soe Hok Gie meninggal dunia jelang hari ulang tahunnya yang ke-27.

Sebelum mengembuskan nafas terakhir di Gunung Semeru, Soe Hok Gie sempat menulis di buku catatannya yang seolah mengisyaratkan bahwa dirinya akan mati muda. Berikut adalah tulisannya itu yang termaktub di buku Catatan Seorang Demonstran (1983).

Nasib terbaik adalah tidak dilahirkan. Kedua, dilahirkan tetapi mati muda.
Dan yang tersial adalah mati di umur tua. Rasa-rasanya memang begitu.
Bahagialah mereka yang mati muda.

Cerita kematian Soe Hok Gie di Gunung Semeru sempat dituturkan oleh sahabat-sahabatnya, Anton Wiyana dan Abdrucahman, yang ikut dalam pendakian saat itu.

Sempat tersiar kabar bahwa tewasnya Soe Hok Gie bukan karena menghirup gas beracun, melainkan karena dibunuh. Penuturan sahabat-sahabatnya berikut agaknya bisa menerangkan segala yang remang-remang itu.

“Pertama kali saya mendengar kabar kematian Soe Hok Gie di Gunung Semeru adalah Herman Lantang yang teriak-teriak, ‘Hok Gie mati! Hok Gie mati!’” katanya saat menjadi narasumber acara Kick Andy yang tayang di Metro TV pada tahun 2010 lalu.

Di sisi lain, Abdurachman, sahabat Soe Hok Gie yang lain, menceritakan saat-saat terakhirnya bersama Soe Hok Gie di Gunung Semeru.

Abdurachman menjadi orang terakhir yang bersama Soe Hok Gie dan sempat sama-sama berusaha menyelamatkan diri dengan berlari meninggalkan puncak Gunung Semeru.

“Soe Hok Gie bilang, ‘Cepat turun, Man!’ Beberapa saat setelahnya, saya ambruk (pingsan) dan tidak ingat apa-apa lagi,” katanya.

Berdasarkan pengalaman itu, Abdurachman meyakini bahwa Soe Hok Gie meninggal dunia memang akibat gas beracun yang dimuntahkan Gunung Semeru, bukan akibat dibunuh. ***

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles