Jumat, November 22, 2024
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Kisah Singkat Isra Miraj, Perjalanan Rasulullah SAW ke Langit Ketujuh

Isra Miraj merupakan peristiwa penting bagi umat Islam. Momen ini memperingati perjalanan di malam hari yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ke Sidratul Muntaha di langit ke tujuh.

Jika biasanya wahyu untuk Nabi Muhammad SAW disampaikan melalui perantara Malaikat Jibril, kali ini Allah SWT memberikan perintahnya langsung.

Isra Miraj sendiri bukan merupakan satu peristiwa, melainkan dua peristiwa yang terjadi pada waktu yang berbeda.

Isra merupakan peristiwa perjalanan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa. Pada saat itu, Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan mengendarai Buraq.

Sementara Miraj merupakan peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Bumi menuju langit ke-7 dan dilanjutkan ke Sidratul Muntaha bertemu dengan Allah SWT untuk menerima perintah mendirikan salat secara langsung. Perintah ini diberikan untuk Nabi Muhammad dan umatnya.

Awalnya, Rasulullah diperintahkan untuk menjalankan 50 kali salat.

Namun, karena takut umatnya tak bisa menjalankan salat sebanyak 50 waktu, Rasulullah meminta keringanan hingga hanya perlu menjalankan perintah salat 5 waktu dalam sehari semalam atas usulan atau saran dari Nabi Musa as.

Dalam kisah singkat Isra Miraj ini, Rasulullah bertemu dengan beberapa nabi terdahulu pada setiap langit yang dilewatinya. Pada langit pertama, Rasulullah bertemu dengan nabi pertama, Nabi Adam AS.

Setelah sampai di langit kedua, Rasulullah kemudian bertemu dengan dua nabi, yakni Nabi Isa AS dan Nabi Yahya AS. Perjalanan Rasulullah berlanjut ke langit ketiga dan bertemu dengan Nabi Yusuf AS.

Setelah bertemu dengan Nabi Yusuf AS, Nabi Muhammad kembali melanjutkan perjalanannya ke langit ke-4 dan bertemu dengan Nabi Idris. Di langit ke-5, Rasulullah bertemu dengan Nabi Harun.

Jika sebelumnya pertemuan Nabi Muhammad SAW dengan para nabi terdahulu dipenuhi kebahagiaan, hal berbeda justru terlihat saat ia bertemu dengan Nabi Musa AS.

Nabi Musa dikisahkan menangis karena melihat sosok Nabi Muhammad yang jauh lebih muda namun memiliki jumlah umat yang lebih banyak masuk surga dibandingkan dengan umatnya.

Nabi Musa menyesal karena tidak bisa memaksimalkan usianya yang jauh lebih panjang untuk bisa berdakwah pada umatnya agar bisa patuh seutuhnya kepada Allah SWT.

Itulah kisah singkat Isra Miraj yang bisa dijadikan teladan bagi umat Muslim.

Dari shalat yang diwajibkan menjadi 5 kali sehari semalam ada beberapa dimensi yang dapat kita tarik:

  1. Dimensi waktu shalat belum wajib kalau waktunya belum masuk shalat tidak sah kalau sudah di luar waktunya. Berarti umat Islam sangat tahu menjaga waktu tidak akan terlambat pergi bekerja tidak akan memulai rapat, tidak akan terlambat pergi mengajar coba dibayangkan kita berangkat ke Jakarta dengan pesawat jam 6.00 pagi setelah shalat subuh sampai dijakarta jam 7.30 orang di Cengkareng baru mengambil handuk untuk mandi pagi maka Nabi mengatakan Alwaktu kashaif waktu itu seperti pedang kalau kita tidak pandai memanfaatkannya kita sendiri dilibasnya.
  2. Dimensi menutup aurat. Aurat laki-laki Ma Baina Surah Warukbah kalau sudah tertutup pusat dan lutut sudah boleh shalat itu disegi hukum tetapi kalau disegi etika masak menghadap Allah tidak pakai baju. Kadang kadang orang sering melanggar etika berakibat patal dalam penegakan hukum. Kalau aurat wanita yang boleh dilihat muka sama telapak tangan dalam shalat dan ini yang harus diaplikasikan ibu-ibu dalam berpakaian setiap hari.
  3. Dimensi Thaharah. Setidak-tidaknya kita berwudhu’ 5 kali sehari semalam itu dalam bentuk yang wajib apalagi kalau melaksanakan shalat Tahajud, Duha dan Tahayyatul Masjid. Didalam thaharah ada lagi istilah Annazafah kata Nabi Annazdafatu minal iman kebersihan itu sebagian dari iman. Cuma Annadzafah bersih bagian luar saja sedangkan Thaharah bersih lahir batin contoh sebelum berudhuk ada sunat udhuk air kita ambil untuk membersihkan tangan batinnya kita minta tobat kepada Allah kalau ada tangan ini mengambil yg tidak hanya atau mengenai yg tidak boleh digemai, dimasukan pula air kemulut berkumur-kumur rasanya yang haram tidak pernah dimakan kalau ada yg syubhat air dikeluarkan lagi, memasukan air kehidung kita minta tobat kalau ada hidung ini mencium yang tidak boleh dicium apalagi ketika muda.
  4. Dimensi menghadap kiblat kita yang di luar Kota Mekah namanta Jihatul Kakbah sedangkan penduduk Kota Mekah namanta A’inul Kakbah. Kita secara bersama-sama beramar makruf dan nahi mungkar.
  5. Dimensi menegur secara Arif dan bijak ketika shalat berjamaah masing-masing masjid dan mushalla sudah mencari dan menetapkan imam yang Qari dan hapalannya banyak tetapi dalam kenyataanya ada imam yang keliru kita tegur dengan kalimat Subhanallah kalau ada jamaah yang bilang dengan kalimat mengucapkan salah itu Imam maka shalat batal. Begitu juga dalam kita bermasyarakat berbangsa dan bernegara kalau ada pemimpin yang keliru kita luruskan secara Arif dan bijaksana. Tetapi kalau imam shalat wudhu’ nya sudah batal harus mundur maka digantikan oleh imam yang lain.

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Syari’ah UIN IB Padang, Ketua Wantim MUI Sumbar, Anggota Wantim MUI Pusat, Penasehat ICMI Sumbar, A’wan PB NU

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles