Selasa, Oktober 1, 2024

Kompetisi Sehat

Memahami kompetisi dalam arti bertanding, beradu atau berpacu yang sehat adalah penting. Tidak mungkin ada pertandingan tanpa kompetisi. Perpacuan atau peraduan yang berjalan dengan baik itu sehat.

Dengan meminjam kata-kata atau ungkapan seorang ibu dengan menidurkan anak dalam buaian: gedanglah cepat (cepat besar) boleh melawan dunia urang. Kata “melawan dunia orang” kata lain dari kompetisi. Pertandingan yang sehat.

Maksudnya dari sejak ayunan atau buaian disenandungkan. Dinyanyikan jadi tema atau topik perjuangan. Jadi pemenang yang andal dan adil. Jadi anak yang kelak besar jadi pejuang penegak keadilan.

Tidak anak yang didambakan jadi juara pemenang yang khianat. Anak yang semata-mata mencari kemenangan dengan segala cara yang tidak semestinya.

Dalam dunia olahraga kata kompetisi yang sehat itu diistilahkan fair play. Suatu permainan yang jujur. Tidak curang dan apa adanya. Dan juga dari pengawasan wasit atau juri yang adil.

Rupanya kompetisi yang adil itu diperlukan. Tidak hanya menurut kita tetapi menurut semuanya. Keadilan untuk semua.

Dalam ajaran Islam penerapannya dalam praktek disebut dalam surat Al Baqarah ayat 148 yang berbunyi:

Fastabiqul khairat (berlombalah mecapai kebaikan).

Artinya, kompetisi itu dijalankan dalam semangat berlomba mencari kebaikan. Bukan yang lain seperti ingin menang. Ingin dapat pujian dan yang lain sebagainya.

Mengambil contoh dengan Maradona. Pemain bola asal Argentina yang membawa negaranya menjadi juara dunia beberapa puluh tahun yang lalu. Ia menang dengan menyetuh bola dengan tangannya ke gawang lawan. Lalu gol terjadi. Tidak dilihat oleh wasit. Dia tahu. Dunia terkejut. Maradona sendiri menyebutnya sebagai gol “Tangan Tuhan”.

Kemenangan yang tidak pantas. Kemenagan menipu dunia dalam olahraga sepak bola dunia. Sang juara dari Tim Tango menjadi saksi. Itu yang mestinya tidak terjadi.

Oleh karena itu, ajaran Islam menunjukkan jalan yang jelas di surat Al Baqarah 148, yaitu:

Mahuwa Iainama takunuun. Fasta biqul khairat yakti jamiimaaa innallah alaa kulisyai inkadiir (Dan setiap umat mempunyai tujuan. Berlombalah dengan kebaikan. Pasti Allah mengumpulkan kamu semuanya. Allah maha kuasa atas semuanya).

Artinya ayat ini nenunjukkan bagaimana bahwa manusia itu mesti punya tujuan. Masing-masing berusaha  untuk  mencapainya. Allah maha tahu atas segala tujuan itu.

Tujuannya agar kompetisi itu sehat. Jangan berlaku curang atau tidak adil. Kompetisi kita perlukan oleh karena itu sehat.

Akhirnya kita mengajak semua pihak agar berlomba mencari kebaikan. Tinggalkan yang khianat dan curang. Karena itu tidak membawa kebaikan. Semoga!

Jakarta, 24 Februari 2022

*) Dr Masud HMN adalah Doktor Paskasarjana Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka (UHMKA) Jakarta. e-mail: masud.riau@gamil.com

Related Articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Latest Articles