Jakarta, Demokratis
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) melakukan proses uji beban sebagai bagian dari rangkaian sertifikasi laik operasi pada Jembatan Sei Alalak, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan selama dua hari pada Senin dan Selasa (30-31/8/2021).
Pelaksanaan uji beban berlangsung secara ketat dan diawasi Komisi Keamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) dengan melibatkan sebanyak 32 truk dengan masing-masing beban seberat 24 ton.
Direktur Pembangunan Jembatan Yudha Handita Panjiriawan saat menyaksikan secara langsung uji beban mengatakan, secara keseluruhan hasil uji beban menunjukan hasil yang baik, data pengujian kemudian akan dibahas secara teknis oleh KKJTJ untuk rekomendasi keluarnya sertifikat laik fungsi.
“Secara umum hasil ujinya baik, ketika diberikan beban, lalu bebannya di release kondisi jembatannya kembali seperti semula, ini mengindikasikan struktur jembatannya baik,” kata Yudha.
Menurut Yudha, konstruksi struktur utama jembatan sudah selesai, saat ini di lapangan hanya ada pekerjaan pembongkaran jembatan rangka baja yang lama dan proses penyelesaian akhir. Dijadwal seluruh proses pembangunan akan rampung pada akhir minggu pertama September. Untuk kemudian dilakukan serah terima sementara pekerjaan provisional hand over (PHO) pada 15 September. “Setelah PHO, rencananya baru kemudian dijadwalkan peresmian oleh Bapak Presiden. Rencananya di bulan September ini,” terang Yudha.
Yudha menambahkan, Jembatan Sei Alalak memiliki kekhususan yaitu pilon jembatannya tunggal dan melengkung ke arah luar. Biasanya jembatan cable stayed itu pilonnya lurus dan sisi kanan kirinya simetris. Namun imbuh Yudha, Sei Alalak berbeda selain pilonnya yang melengkung, jalan jembatannya pun melengkung. Jembatan tersebut merupakan jembatan cable stayed dengan stuktur melengkung pertama di Indonesia.
“Perilaku jembatan ini yang sangat khusus, saya rasa ini baru pertama di dunia, makanya jika diusulkan ke MURI (Museum Rekor Indonesia) ini bisa dapat rekornya,” terang Yudha.
Karena kekhususan tersebut kata Yudha, aspek konstruksi dan pemeliharaannya memiliki kompleksitas tersendiri. Untuk pemantauan dan pemeliharaan Ditjen Bina Marga akan menempatkan sensor-sensor pada beberapa bagian jembatan tersebut.
Sementara Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Kalimantan Selatan Syauqi Kamal mengatakan, jembatan yang menghubungkan wilayah Kota Banjarmasin dengan Kabupaten Barito Koala tersebut tantangan karena dibangun diatas tanah lunak (gambut).
“Pondasi jembatan kedalamannya sampai 75 meter dengan diameter pancangnya sebesar 1,8 meter. Jembatan Sei Alalak juga menjadi ikon baru kota Banjarmasin maupun provinsi Kalimantan Selatan,” tutur Syauqi.
Jembatan Sei Alalak berlokasi di jalur utama lintas selatan Trans Kalimantan. Keberadaan jembatan tersebut meningkatkan kapasitas jalan lintas selatan sehingga mendukung konektivitas kota Banjarmasin baik ke arah Kalimantan Tengah maupun Kalimantan Timur.
Jembatan Sei Alalak dibangun dengan panjang keseluruhan 850 meter yang terbagi menjadi bagian jembatan utama (struktur cable stayed) sepanjang 130 meter, jembatan pendekat (struktur pileslab) sepanjang 295 meter dan oprit jembatan sepanjang 425 meter. Dana pembamgunannya menggunakan alokasi Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) kontrak tahun jamak 2018-2021 senilai Rp272 miliar. (Reimon)